Komponen Otomotif Sumbang Banyak Limbah B3, Pemerintah Kaji Risiko Kedaruratan
JAKARTA, iNews.id - Ancaman Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3) menjadi perhatian semua pihak. Salah satu sektor yang menyumbang limbah B3 paling banyak adalah otomotif.
Banyak sisa komponen otomotif dikategorikan sebagai limbah B3, antara lain baterai (accu), lampu, oli bekas, e-waste (sistem elektronik). Menurut laporan Global E-Waste, secara statistik Asia menghasilkan volume limbah elektronik terbesar pada 2019 (24,9 Mt), diikuti Amerika (13,1 Mt), Eropa (12 Mt), kemudian Afrika dan Oseania masing-masing menghasilkan 2,9 Mt dan 0,7 Mt
Direktorat Pemulihan Lahan Terkontaminasi dan Tanggap Darurat Limbah B3 dan nonB3 (PLTTDLB3), Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK ) menyatakan setiap produksi yang menimbun limbah B3 memiliki risiko berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan hidup. Sebab itu, diperlukan penerapan sistem tanggap darurat dalam pengelolaan limbah B3.
Dalam upaya ini, KLHK bekerja sama dengan Disaster Risk Reduction Center Universitas Indonesia (DRRC UI) mengkaji risiko kedaruratan pengelolaan B3 dan limbah B3 di empat provinsi Indonesia, yaitu Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Provinsi Kalimantan Timur.
Langkah tersebut ditandai dengan dimulainya Focus Group Discussion (FGD) pada 14 Juni 2022, untuk mengumpulkan data dan informasi awal. FGD Analisis Risiko Kedaruratan Pengelolaan Limbah B3 tersebut digelar secara daring diikuti 215 peserta dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), dan sejumlah perusahaan.
Direktur PLTTDLB3, KLHK Dr Haruki Agustina mengatakan, semakin baik penerapan sistem tanggap darurat akan memperkecil peluang terjadinya kejadian kedaruratan.
“Saat ini, KLHK telah menginisiasi pendampingan penyusunan program kedaruratan Pengelolaan B3 dan/atau Limbah B3 skala provinsi. Salah satu tahapannya adalah dengan mengidentifikasi B3 maupun limbah B3, termasuk sumber, jenis, volume, kategori, dan karakteristiknya serta mempersiapkan modalitas analisis risiko kedaruratan,” ujarnya, dalam keterangannya dilansir Kamis (16/6/2022).
Profesor Fatma Lestari dari DRRC UI mempertegas kajian risiko B3 dan limbah B3 sangat penting untuk segera dilakukan sebagai bagian dari usaha preparedness mitigasi risiko bencana.
"Tujuan diskusi tersebut adalah untuk melengkapi data, klarifikasi dan validasi data yang telah disampaikan sebagai bahan analisis risiko kedaruratan pengelolaan limbah B3," katanya.
Langkah ini diharapkan dapat berkontribusi mengurangi risiko kejadian kedaruratan dari pengelolaan B3 dan Limbah B3 yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan lingkungan di masyarakat.
Editor: Dani M Dahwilani