Produsen Mobil China Tabuh Perang Harga, Suzuki Tak Mau Terjebak Fokus Jaga Kualitas
Kompetisi ada di produk, layanan purnajual, dan sebagainya. Kami mencoba men-deliver produk yang value untuk customer, tidak hanya pada saat pembelian, tapi juga saat konsumen menggunakan produk tersebut,” kata Donny, menyoroti pentingnya pengalaman menyeluruh bagi pelanggan.
Donny mengungkapkan, praktik banting harga bukan baru di industri otomotif Tanah Air, bahkan sudah berlangsung sejak era 1980-an. Namun, saat ini intensitasnya meningkat tajam karena jumlah pemain di setiap segmen bertambah.
“Kalau kita lihat sekarang, kuenya secara ukuran mengecil tetapi potongannya menjadi lebih banyak. Secara market mengecil tapi yang bermain lebih banyak,” ujarnya. Suzuki menegaskan, pihaknya tak akan terjebak pada strategi penjualan jangka pendek yang bisa mengorbankan kualitas dan reputasi.
Dalam 55 tahun kiprahnya di Indonesia, Suzuki membuktikan kepercayaan pelanggan dibangun dari produk dan layanan yang konsisten. “Kami tidak akan mengorbankan kualitas produk maupun layanan hanya untuk memangkas harga demi kepentingan jangka pendek,” kata Donny menegaskan.
Diketahui, sejumlah pabrikan mobil China kompak memangkas harga. Salah satunya MG Motors yang memangkas model mobil listrik andalannya, MG4 EV. Awalnya dilepas di angka Rp640 juta, kini hanya dibanderol sekitar Rp395 juta—turun drastis hingga Rp240 jutaan! Langkah ini diikuti pabrikan lain seperti BAIC yang memotong harga BJ40 Plus hingga Rp92 jutaan dan Chery yang memangkas E5 sampai Rp105 juta.
Mereka berhasil menekan harga karena sudah dirakit di Indonesia. Bagaimana di pameran GIIAS 2025 nanti? Ini akan menjadi panggung bagi pabrikan otomotif di Indonesia tidak hanya berlomba menghadirkan mobil dan teknologi terbaru, tapi juga harga yang menggoda.
Editor: Dani M Dahwilani