Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Karyawan PO Bus Kena PHK gegara Kebijakan Gubernur Jabar Dedi Mulyadi Larang Study Tour
Advertisement . Scroll to see content

2 Pemilik PO Bus Ini Pilih Keluar dari PNS, Kini Ada yang Punya Ratusan Bus Beromzet Miliaran Rupiah

Senin, 30 Januari 2023 - 15:45:00 WIB
2 Pemilik PO Bus Ini Pilih Keluar dari PNS, Kini Ada yang Punya Ratusan Bus Beromzet Miliaran Rupiah
H Hasanuddin Adnan (PO SAN) dan Oni Febrianant (PO AO Transport) memilih keluar dari pekerjaan mapan sebagai PNS. (Foto: Tangkapan Layar PerpalZ TV)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Bisnis angkutan umum seperti perusahaan otobus (PO) di Indonesia terus berkembang. Tak heran, banyak orang tergoda membangun usaha di bidang transportasi massal ini.

Bahkan, di antara mereka ada yang pilih keluar dari pekerjaan mapan sebagai pegawai negeri sipil (PNS). Namun, pilihannya ini justru membuat mereka sukses menjadi pengusaha PO bus.
 
Ada yang bergerak di bidang pariwisata, ada pula yang bergelut di angkutan bus antar kota antar provinsi (AKAP). Salah satunya memiliki ratusan bus dengan omzet perusahaan diperkirakan mencapai ratusan miliar rupiah. 

Siapakah mereka yang memilih keluar dari PNS dan sukses membangun PO bus. Dilansir dari kanal YouTube PerpalZ TV, berikut deretannya.

H Hasanuddin Adnan - PO SAN

Perjalanan panjang perusahaan otobus ini dimulai dari program transmigrasi yang kini menjadi langganan penumpang dari dan ke Sumatra. PO SAN didirikan oleh Haji Hasanuddin Adnan dan kini menjabat sebagai komisaris utama PT SAN Putra Sejahtera.

H Hasanuddin Adnan lahir dari keluarga sederhana. Awalnya Hasanuddin merupakan seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai pengemudi di Pemerintah Provinsi Bengkulu. Dia bekerja di bagian kendaraan dan transportasi.

Wawasan mengenai transportasi ini membuatnya melihat banyak peluang bisnis selain menjadi PNS. Dia mengawali usaha melalui angkutan truk.

"Karena awalnya kan Bengkulu tahun 1968 pecahan dari Provinsi Sumatera Selatan. Provinsi ini berawal dari karesidenan. Tahun 1969-70 saya tamat SMA sudah bergabung ke PNS pemprov, tugas saya banyak di kendaraan," katanya

Hasanuddin mengungkapkan, saat usahanya berkembang dirinya memutuskan keluar dari PNS. "Waktu itu saya minta berhenti. Namun atasan saya menolak. Bahkan, surat pengunduran diri saya dirobek-robek. Atasan saya bilang putra daerah dibutuhkan," ujarnya. 

Dia menjelaskan tidak semua putra daerah harus menjadi PNS. Daerah ini membutuhkan alat transportasi yang baik, sehingga memilih meneruskan usaha yang berkembang. 

Dalam filosofi bisnisnya, Hasanuddin menekankan kualitas layanan. Bukan pada seberapa banyak mobil dimiliki. "Saat ini umur saya sudah 70 tahunan lebih. SAN tak perlu ribuan bus. Yang penting bus bisa beroperasi dengan pelayanan terbaik, sehingga perusahaan sehat," katanya.

PO SAN sendiri saat ini memliki lebih dari 100 armada bus. Jika dikalkulasi omzet PO bus yang dibangun Hasanuddin ditaksir mencapai ratusan miliar rupiah.

Oni Febrianant - PO AO Transport

Di saat orang berlomba-lomba bisa masuk sebagai PNS, Oni Febriananto justru merasa tidak nyaman. Oni memutuskan banting setir membangun bisnis di bidang bus pariwisata, PO AO Transport. 

Awalnya, Oni merupakan seorang pegawai di salah satu bank BUMN dan sudah menjadi PNS. “Setelah lulus (kuliah) saya kerja di bank, kebetulan background orang tua saya adalah pengusaha otobus tertua di Jogja, PO Baker. PO itu sudah didirikan sekitar 1950-an. Saya diminta untuk meneruskan usaha, tapi saya enggak bisa. Saya kerja di bank sebagai salah satu pegawai BUMN,” kata Oni

Pada 1993, Oni mulai berpikir  dirinya tak cocok bekerja sebagai pegawai bank padahal kehidupannya sudah terjamin. Ini yang membuatnya berpikir untuk mengikuti jejak bisnis keluarga untuk membuka perusahaan otobus. 

Namun, penghasilan sebagai pegawai bank dan hasil dari bermain musik di hotel dan pub tidak cukup menjadi modal membuka PO bus. Rencana tersebut tak langsung terwujud karena Oni dan sang istri berusaha mencari modal.

“Tahun 93, saya bicara sama Adel (istrinya), ‘kayanya saya nggak cocok bekerja di bank’. Saya bilang kayanya saya harus bikin bis, tapi saya enggak mau kaya bapak bus reguler, saya maunya bus pariwisata,” ujarnya. 

Saat mencari modal, Oni mengaku rela menjual mobilnya tapi nominal yang didapatkan masih kurang untuk membeli bus baru. Akhirnya, dia bersama sang istri memutuskan membeli bus bekas, sekaligus belajar memahami semua tentang bus. 

“Akhirnya beli bekas tahun 94, dibantulah dengan Pak Santoso melalui bapak, almarhum, dia itu dari OBL pendiri Safari Dharma Raya. Dia yang berjasa berdirinya AO. Saya coba, periksa, cat, betulin bus sendiri, dan Alhamdulillah semuanya berjalan,” katanya. 

Memiliki jiwa seni karena berprofesi sebagai pemusik, Oni megaku ingin memberikan sentuhan berbeda pada bus miliknya. Hingga tercipta logo AO dengan grafis yang dihasilkannya sendiri sehingga berbeda dengan PO lain. 

“Awal tahun 90-an cat bus itu lurus nggak ada yang dioret-oret, lah AO dioret-oret. Lah kok happening, akhirnya tambah lagi. Pada 96 kita beli kalau nggak salah dua atau empat unit baru. Akhirnya pada tahun 97 saya memutuskan mengundurkan diri dari bank,” ujarnya. 

Penamaan AO sendiri awalnya terinspirasi dari inisial nama Oni dan Adel yang akhirnya diubah menjadi Alfa Omega setelah nama perusahaan diresmikan. Ini juga memiliki filosofi sendiri bagi Oni dan sang istri. “Alfa Omega itu adalah yang awal dan yang akhir kita sehati kemitraannya baik saya sama Mbak Adel maupun sama anak-anak. Itulah filosofinya kenapa muncul nama itu,” kata Oni.

Editor: Dani M Dahwilani

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut