Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Karyawan PO Bus Kena PHK gegara Kebijakan Gubernur Jabar Dedi Mulyadi Larang Study Tour
Advertisement . Scroll to see content

Berawal dari Kernet, 2 Pria Ini Kini Menjadi Pemilik PO Bus Kaya Raya di Indonesia

Senin, 23 Januari 2023 - 13:36:00 WIB
Berawal dari Kernet, 2 Pria Ini Kini Menjadi Pemilik PO Bus Kaya Raya di Indonesia
Kisah pemilik PO Bus Rosalia Indah Yustinus Soeroso dan PO Dedy Jaya H Muhadi Setiabudi berawal dari seorang kernet kini punya banyak armada bus. (Foto: Istimewa/YouTube Perpalz TV)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Nasib seseorang tidak hanya ditentukan dari mana mereka lahir, tapi juga seberapa besar usaha mereka sehingga menjadi orang sukses. Itulah yang menjadi kunci keberhasilan sejumlah pemilik perusahaan otobus (PO) di Indonesia.

Memang tidak dipungkiri banyak perusahaan otobus besar merupakan warisan keluarga. Namun, tak sedikit pula yang membangun usaha dari nol.

Bak dalam film fiksi, kisah ini dialami pemilik PO Bus Rosalia Indah dan PO Dedy Jaya. Siapa sangka kedua orang kaya raya ini mengawali usaha dari seorang kernet.

Secara hitungan orang awam, kernet menjadi pemilik PO bus seperti mimpi di negeri dongeng. Namun ini adalah kisah nyata. 

Dirangkum iNews.id dari berbagai sumber, berikut kisah dua pemilik PO bus besar merintis usaha dari nol berawal dari seorang kernet atau kondektur. 

1. PO Rosalia Indah - Yustinus Soeroso

Founder PO Rosalia Indah Yustinus Soeroso
Founder PO Rosalia Indah Yustinus Soeroso

Perusahaan otobus (PO) Rosalia Indah merupakan salah satu transportasi massal dengan layanan premium. PO bus tersebut dimiliki Yustinus Soeroso yang merintis usahanya dari bawah. 

Jika melihat bus Rosalia Indah, banyak yang menyangka pemilik PO tersebut berasal dari keluarga yang memiliki harta berlimpah. Nyatanya, pria yang akrab disapa Pak Roso ini merupakan seorang anak buruh tani dan memulai kariernya sebagai kernet (kondektur). 

“Masa kecil saya sangat kurang, saya enam bersaudara dan bapak saya hanya seorang buruh tani. Saya termotivasi untuk hidup mandiri, sekolah mandiri, sehingga membuat saya memiliki prinsip untuk keluar dari rumah saat dewasa,” kata Pak Roso dilansir dari kanal YouTube Perpalz. 

Dia harus menjalani kehidupan dari bawah karena sulitnya mencari pekerjaan di kota dengan ijazah yang pas-pasan, hingga akhirnya menjadi kondektur bus. 

“Dari kondektur pelan-pelan, dengan bekerja keras dan doa dari keluarga akhirnya saya menjadi agen bus Timbul Jaya. Saat itu, saya nyari penumpang sendiri, jadi calo sendiri, apa-apa sendiri,” ujarnya. 

Namun, selama 11 tahun mengabdi di Timbul Jaya sebagai seorang agen, Pak Roso mendapatkan banyak pelajaran. Bahkan, saat itu, istrinya juga membantunya untuk bekerja menjadi agen bus, sehingga keduanya memiliki pengalaman di dunia transportasi.

“Apa yang saya dapatkan istri saya juga dapatkan, karena saat itu kami mengelola sampai 36 bus Timbul Jaya. Pada saat itu, segala sesuatunya sudah saya yang menentukan, hampir 90 persen apa-apa saya,” kata Pak Roso. 

Pada 1983, Pak Roso melihat sebuah peluang ketika bus Timbul Jaya hanya mengantar penumpang sampai Solo. Padahal, saat itu banyak penumpang dari Jawa Timur, tepatnya ke Blitar.Akhirnya, Pak Roso mencari cara untuk membeli satu unit yang digunakannya untuk mengantar penumpang yang turun di Solo menuju Blitar. Hingga akhirnya bisnis tersebut berjalan baik dan menambah dua unit pada 1984.

 Itu merupakan awal mula Pak Roso bisa memiliki ratusan unit bus Rosalia Indah pada saat ini. Tapi, itu tak serta-merta mengubahnya menjadi seseorang yang congkak. Dia tetap membumi dan berpenampilan apa adanya. 

“Saya tidak ada tampang pamer, saat jadi kondektur ya seperti ini dan sekarang jadi bos ya seperti ini. Penampilan kondektur saja,” ujarnya. Penampilan sederhana itu membuat Pak Roso sempat disangka sebagai salah satu pegawai PO Rosalia Indah ketika ada mahasiswa yang ingin menyewa bus. 

“Saya pernah ditanya oleh tamu yang mau sewa bus, dia bilang mau ketemu Pak Roso. Itu anak mahasiswa UNS. Saya tanya, ‘dek mau ke mana?’ Dia jawab ‘saya mau sewa bus, mau ketemu Pak Roso’. Lalu saya tanya lagi, ‘loh keperluannya apa?’, dia jawab lagi ‘saya mau minta diskon, soalnya kami masih kuliah’,” katanya. 

“Ya karena penyampaian sopan dan tujuannya jelas. Saya bawa ke ruangan, dan di sana dia kaget saat tahu saya Pak Roso. Saya bilang gak apa-apa, memang Pak Roso tampilannya seperti kondektur. Jadi jangan kaget kalau Pak Roso tampilannya begini,” ujar Roso. 

Dia menyebutkan saat ini menggunakan batik hanya untuk tampil di YouTube. “Di sini saja tampilannya necis, biasanya mah enggak begini,” kata sambil tersenyum.

2. PO Dedy Jaya - H Muhadi Setiabudi

Bagi busmania, siapa yang tak kenal dengan PO Dedy Jaya. Namun, siapa sangka pemilik PO bus asal Brebes, Jawa Tengah ini dulunya seorang kondektur. 

PO Dedy Jaya didirikan oleh H Muhadi Setiabudi, pada 11 Januari 1989. Sebelum terjun ke dunia transportasi, Muhadi merupakan seorang pekerja serabutan hingga menjadi kernet bus. 

Bermodalkan uang hasil keringatnya, Muhadi kemudian membuka usaha berjualan bambu. Usahanya tersebut ternyata membuahkan hasil hingga bisa membuka toko bangunan. Ini dibantu berkat banyaknya kenalan dengan kontraktor. 

Setelah 7 tahun berkecimpung di dunia bangunan, Muhadi terpikirkan untuk membuka usaha transportasi karena ada peluang. Bermodalkan pengalaman sebagai kernet, Muhadi sadar betul apa yang dibutuhkan penumpang sepanjang perjalanan. 

Memiliki modal yang cukup besar dari hasil jualan bahan-bahan bangunan, Muhadi kemudian mengejar mimpinya membuka PO Dedy Jaya. Saat itu, dia memulai dengan menerjunkan delapan unit bus yang melayani trayek Brebes-Jakarta PP. 

Kehadiran PO Dedy Jaya disambut baik masyarakat Brebes, Pekalongan, Tegal, dan Purwokerto. Mengingat saat itu mereka membutuhkan angkutan umum yang dapat mengantar dengan cepat dan nyaman ke Ibu Kota.

"Saya punya usaha di bidang transportasi ini sejak 1989, yang sampai hari ini masih bisa bertahan. Saya dulu pernah bekerja sebagai kondektur, dan Alhamdulillah bisa memiliki bus dengan usia (perusahaan) 34 tahun masih bertahan,” kata H Muhadi dalam video di kanal YouTube PerPalZ TV. 

Dia menuturkan usaha di bidang transportasi harus dikelola dengan baik agar bisa bertahan dan kuat. PO Dedy Jaya dibangun dari mimpi Muhadi yang akhirnya terwujud, sehingga tidak akan dibiarkan gagal. “Ini diawali dari mimpi, dulu seorang kondektur ingin punya bus. Alhamdulillah Allah SWT mengabulkan doa saya, dengan motto kami ‘Teman Setia dalam Perjalanan’. Kami ingin melayani penumpang dengan sebaik mungkin,” ujar H Muhadi.

Editor: Dani M Dahwilani

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut