Deretan PO Bus di Indonesia Ganti Panglima Perang, Rian Mahendra dan Aprilia D Lestari Paling Mengegerkan
JAKARTA, iNews.id – Direktur operasional memiliki fungsi strategis sebagai “Panglima Perang” di Perusahaan Otobus (PO). Mereka biasanya diangkat dari keluarga generasi penerus atau sosok yang disegani.
Ini demi menjaga marwah dan kewibawaan perusahaan. Selain melanjutkan bisnis, mereka bertugas membesarkan nama perusahaan.
Terbaru, banyak PO bus mengganti panglima Perang. Ini dilakukan dengan berbagai alasan.
Lantas PO bus apa saja yang mengganti panglima perang perusahaan? Dirangkum iNews.id berikut deretannya.
1. PO Haryanto

Perusahaan otobus yang berbasis di Kudus, Jawa Tengah tersebut saat ini sedang ramai dibicarakan setelah memecat direktur operasional Rian Mahendra. Seperti diketahui, pria yang akrab di sapa Mas Boy atau Mas Rian itu sudah 19 tahun bekerja di PO Haryanto.
Rian Mahendra dikeluarkan dari perusahaan oleh sang ayah H haryanto, per 22 Juli 2022, dengan alasan masalah internal. Sejak saat itu, Mas Boy mengatakan sudah ada sosok pengganti dirinya di PO Haryanto sebagai “Panglima Perang” baru.
“Ada penggantinya, orangnya lebih kompeten, lebih canggih juga otaknya. Bedalah sama gua yang lulusan SMP,” ujar Rian Mahendra saat live Instagram yang diuggah kembali di YouTube oleh EDU Bus AKAP.
Belum diketahui siapa sosok sebenarnya yang menggantikan posisi Rian Mahendra di PO Haryanto. Namun, Rian selalu menjelaskan bahwa orang yang menggantikannya merupakan sosok yang memang tepat berada di posisi tersebut.
2. PO AKAS Green

PO AKAS Green menjadi salah satu perusahaan yang mengganti direktur operasional mereka. Adalah Aprilia D Lestari yang hampir 7 tahun mengurusi perusahaan keluarga tersebut.
Aprilia sendiri mengaku tidak sengaja terjun ke dunia transportasi karena pada awalnya hanya ingin membantu sang adik Nisrina Tria Fajrin. Tria diketahui adalah anak kandung dari pemilik AKAS Group, Tingok dan sang ibu Laila Kumaladewi.
Awalnya, Aprilia yang merupakan anak sambung membantu mengelola bisnis tersebut hingga Tria bisa mandiri mengurus perusahaan. Namun, nyatanya Aprilia senang dengan pekerjaan itu dan berlanjut hingga sekarang.
PO AKAS Green merupakan salah satu anak perusahaan AKAS Group yang sudah beroperasi sejak 1956, dan jadi salah satu PO bus terbesar di Jawa Timur. AKAS merupakan akronim dari Ali Karman Amat Sekeluarga.
“Sosok perempuan hebat baik di transportasi maupun yang lainnya, buat saya pribadi itu suatu kelebihan. Proses yang membuat kita semakin kuat. Kita juga harus melaluinya selangkah demi selangkah, sambil belajar,” kata Aprilia dalam kanal YouTube Bobby Darwin.
3. PO Transport Express

Perusahaan Otobus satu ini juga sedang mempersiapkan “Panglima Perang” yang baru agar siap terjung ke dunia persaingan industri transportasi bus yang ketat. Yoga Hendriko Putra yang merupakan anak dari Hendrik Dunan Nazar sedang dipersiapkan untuk membawa PO Transport Express ke medan perang.
Bagi masyarakat Minang atau Padang yang merantau ke ibu kota Jakarta, PO Transport Express sudah menjadi andalan transportasi mereka. Bermarkas di Lubuk Alung, Padang Pariaman, Sumatera Barat, PO ini bisa dikatakan sebagai salah satu yang legendaris.
Yoga sendiri merupakan generasi ketiga yang akan memimpin PO Transport Express, setelah ayahnya Hendrik Dunan Nazar, dan kakeknya yang mendirikan perusahaan, Haji Nazar Zakaria Datuak Maharajo Basa.
“Sejak kecil saya sudah menjadi penonton aktivitas PO Transport ini. Kita harus punya teori, ada big point atau konsep yang harus kita jalani. Kita bikin konsep kenyamanan, tepat waktu, promosi, armada, penilaian rival,” kata Yoga dalam unggahan video di kanal YouTube Perpalz TV.
4. PO Sumber Alam

PO Sumber Alam juga bisa dikatakan mengganti “Panglima Perang” mereka di masa lalu setelah Judi Setijawan Hambali meninggal dunia. Pada 2001, pimpinan diambil alih oleh Anthony Steven Hambali yang merupakan putra almarhum Judi Setijawan.
PO Sumber Alam sendiri berawal dari PO Tresno yang dirintis oleh Thung Tjie Hing pada tahun 1960-an. Lalu, Thung Tjie Hing sudah tak ingin mengurus perusahaan dan diserahkan kepada anak-anaknya.
Dalam kanal YouTube PO Sumber Alam ID disebutkan bahwa PO Sumber Alam terbentuk setelah mengambil alih PO Jaya. Ini dilakukan agar memiliki izin trayek AKAP, yang saat itu melayani rute Jakarta-Yogyakarta.
“Saat itu, untuk memudahkan administrasi, alamatnya ada di Jakarta, namanya sudah PT Sumber Alam tapi busnya masih PO Jaya. Pak Judi (ayah Anthony) ingin memudahkan administrasi dan perbengkelan, barulah di pindah ke Kutoarjo pada 1978,” kata Himawan.
Sementara, Anthony sendiri mulai mengambil alih pimpinan perusahaan pada 2001 hingga saat ini. Sejak awal menduduki kursi kepemimpinan, beberapa kebijakan dikeluarkan untuk memberikan kenyamanan bagi penumpang PO Sumber Alam.
5. PO SAN

Perusahaan ini didirikan Haji Hasanuddin Adnan pada 1990, bermarkas di Bengkulu, Sumatera Barat. Awalnya, dia bergerak di bidang transportasi truk angkutan barang.
Haji Hasanuddin Adnan yang berlatar belakang seorang pegawai negeri sipil (PNS) berani merambah bisnis bus melihat peluang di transportasi bus penumpang. Akhirnya, dia membuka PO dan keluar dari PNS.
Setelah bertahun-tahun H Hasnuddin menjadi “Panglima Perang”, kini PO SAN dinahkodai sang anak Kurnia Lesani Adnan (Sani) yang merupakan putra ketiga dari sang pendiri. Di bawah arahannya, kini perusahaan makin berkembang dengan peremajaan bus. Sani bahkan menjadi ketua Ikatan Pengusaha Muda Perusahaan Otobus Indonesia (OPMI).
Editor: Dani M Dahwilani