Kisah Pemilik PO Persada, Berawal dari Pedagang Pasar Kini Punya Puluhan Bus
“Pada saat itu memang suasa angkutan masih ramai. Terus mulai 1983, itu mulai ke minibus. Pakai Colt diesel, micro bus. Itu jadi pengganti mobil-mobil pikap, untuk mengangkut pegawai, anak sekolas, dan lainnya, karena roda dua masih sangat jarang,” ujarnya.
Untuk menjadi pelayan publik dengan menghadirkan angkutan pedesaan dilihat oleh Zainul pada saat itu karena adanya peluang. Pasalnya, jarak dari desa satu ke desa lainnya snagat jauh, sehingga angkutan pedesaan sangat diperlukan.
“Saya melihat kebutuhan masyarakat pada saat itu kan tinggi, angkutannya masih sangat tinggi. Sebelum 1977 itu kan saya dagang di pasar sebenarnya. Pada 1979 saya melihat situasi, akhirnya saya pindah ke angkutan,” ungkapnya.
Seiring berjalannya waktu, Zainul terus meningkatkan angkutan yang dimilikinya untuk menampung penumpang lebih banyak. Setelah Colt diesel, dirinya mulai mengembangkan ke angkutan bus 3/4 atau dikenal dengan bus tanggung untuk angkutan antar kabupaten.
“Pada 2000 itu belum ada angkutan pariwisata, jadi saya awalnya mulai pakai mobil 3/4 dua unit khusus carteran. Tapi luar biasa (responnya) saat itu. Nah, pada 2001 itu saya mulai beralih ke bus besar,” katanya.
