Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Karyawan PO Bus Kena PHK gegara Kebijakan Gubernur Jabar Dedi Mulyadi Larang Study Tour
Advertisement . Scroll to see content

Kisah PO Coyo, Pelopor PO Bus di Jawa Tengah Berawal dari Truk Perang Belanda

Rabu, 11 Januari 2023 - 12:57:00 WIB
Kisah PO Coyo, Pelopor PO Bus di Jawa Tengah Berawal dari Truk Perang Belanda
PO Coyo merupakan salah satu perusahaan otobus paling tua di Jawa Tengah, masih bertahan hingga sekarang. (Foto: Tangkapan Layar/Istimewa)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id – Tak banyak yang tahu perusahaan otobus (PO) mana paling tua di Jawa Tengah, masih bertahan hingga sekarang. Dia adalah PO Coyo.

PO bus ini bisa dikatakan sebagai pelopor angkutan umum bus Jawa Tengah (Jateng). Perusahaan tersebut didirikan seorang pengusaha beras yang melihat peluang angkutan umum pada 1954.

“Dulu itu engkong punya usaha beras. Jadi waktu itu punya truk beras, waktu perjalanan dari pabrik beras sampai ke rumah banyak orang ikut truknya. Jadi banyak orang yang mau ikut dari kota ke kota lain. Mulai dari situ punya ide, bagaimana kalau truk yang bekas perang dirombak jadi bus kayu,” ujar Direktur PO Coyo, Untung Winoto dalam unggahan video di kanal YouTube PerpalZ TV.

Berawal dari ide tersebut, sang pendiri PO Coyo kemudian meminta izin pemerintah daerah (pemda) untuk menggunakan truk-truk perang peninggalan Belanda yang banyak terbengkalai di Tegal.

“Coyo dulu rnggak ada bus, kita pakainya truk. Engkong saya itu ambil truk bekas Belanda. Jadi yang sudah jatuh di parit diambil sama engkong atas persetujuan pemerintah daerah, ‘boleh nggak ini diambil dan untuk usaha’,” kata Untung.

Selain memiliki usaha beras dan membuka jasa transportasi, Untung mengungkapkan kakeknya memiliku usaha hotel dan vulkanisir ban. Banyak usaha yang dijalankan, generasi kedua atau ayah dari Untung diminta membantu di PO Coyo.

Sekitar 1960-an, generasi kedua mulai memimpin dan mengembangkan bisnis transportasi tersebut sampai ke Semarang pada 1980-an. Hingga kini, PO Coyo masih melayani trayek AKAP dan AKDP.

“Papah saya itu jadi yang pertama kali merintis bus Patas AC. Kenapa kok orang nggak berani ambil AC? Soalnya  dulu itu satu AC itu harganya sama dengan satu unit bus,” ujar Untung.

PO Coyo juga menjadi salah satu perusahaan yang mengambil trayek pedesaan di masa lalu karena melihat banyaknya penumpang. Bahkan, rute tersebut masih dilakoni mereka hingga sekarang.

“Zaman itu kendaraan roda dua jarang sekali. Jadi semua pasti naik bus. Ndak ada (leasing kredit murah), dulu yang bisa beli motor itu orang hebat. Polisi saja yang punya sudah pangkat kapten,” ucap Untung.

Menariknya, PO Coyo tak pernah menjual unit tua mereka dan memilih untuk menimbunnya di garasi. Hal ini dilakukan generasi kedua atas rasa trauma mendalam dan juga sebagai pengingat di masa sedang merintis usaha.

“Jadi dulu pernah kejadian, pertama kali bapak menjual bus Coyo (kepada seseorang) untuk menghantam Coyo sendiri. Jadi dia membuka PO dengan kondisi bus bekasnya Coyo untuk melawan Coyo,” ujarnya.

“Setelah itu, mulai detik itu papah saya tidak mau menjual lagi sampai hari ini. Jadi bus itu kita timbun di garasi Tegal. Di sana itu ada bus dari tahun 60, 70, 80, 90. Ada juga di Pekalongan. Alasan lain itu bapak kaya nostalgia saat melihat bus tua itu, jadi ada seninya sendiri, yang membuat saya juga tak mau menjual bus.”

Editor: Dani M Dahwilani

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut