Perbedaan Bus Bermesin Depan dan Belakang, Ternyata Model Ini Paling Nyaman
“Pada bus Rear Engine, mesin yang diletakkan di bagian belakang bus memberikan keuntungan tersendiri. Selain suara kabin mesin lebih senyap karena mesin diletakkan di belakang, daya yang terbuang juga lebih sedikit karena propeller bus lebih pendek, beban distribusi bus juga lebih mudah diatur, serta pengaturan AC dan konstruksi mesin menjadi lebih efektif,” tulis Mercedes-Benz Bus dalam unggahannya.
Bus bermesin belakang memang membuat kabis lebih senyap, berbeda dengan mesin depan yang biasanya akan terdengar suara mesin atau kursi yang bergetar. Hawa panas dari mesin juga bisa masuk ke kabin karena letaknya yang tepat berada di bawah lantai.
Secara fisik, bus bermesin depan akan memiliki gril depan yang besar sebagai jalur masuk udara sebagai pendingin mesin. Bus bermesin depan juga memiliki harga yang relatif jauh lebih murah ketimbang bermesin belakang.

Meski memiliki harga murah, sasis bermesin depan semakin terpinggirkan karena perusahaan otobus mengutamakan kenyamanan penumpang. Tapi, tak jarang ada yang tetap setia menggunakan sasis tersebut.
Sekarang, produsen penyedia sasis bus lainnya seperti Hino juga sudah menyediakan mesin belakang. Bahkan, tingkat kenyamanannya juga semakin mendekati sasis-sasis dari Eropa, seperti Scania, Volvo, dan juga Mercedes-Benz.
Sasis bermesin belakang juga memiliki kekurangan, yaitu harganya yang sangat mahal dibandingkan mesin depan. Bahkan, selisih harganya bisa mencapai ratusan juta rupiah yang membuat sebuah PO bus harus merogoh kocek dalam-dalam.
Misal, untuk sasis premium Mercedes-Benz OH 1626 dibanderol dengan harga Rp1,025 miliar. Sementara untuk sasis premium lainnya dari Mercedes-Benz, yakni OF 1623 bermesin depan dijual Rp700 jutaan.
Editor: Ismet Humaedi