Soal Bus Masuk Jurang di Guci, IPOMI Minta Seluruh Pihak Dimintai Keterangan
JAKARTA, iNews.id- Penyebab insiden bus meluncur ke sungai di lokasi wisata Guci, Tegal, Jawa Tengah, masih menjadi pertanyaan. Kendati pengemudi bus Duta Wisata ditetapkan sebagai tersangka karena diduga lalai meninggalkan bus dalam keadaan mesin hidup.
Ketua Umum IPOMI (Ikatam Pengusaha Otobus Muda Indonesia) Kurnia Lesani Adnan mengatakan masih ada kejanggalan dalam penetapan pengemudi bus sebagai tersangka. Pasalnya, ada beberapa pihak yang belum dimintai keterangan dalam menyimpulkan penyebab kecelakaan tersebut.
"Dalam kejadian ini, baru ada keterangan dari KNKT dan Hino. Seharusnya, penumpang, warga sekitar, dan lainnya juga dimintai keterangan. Saya yakin aparat punya metode yang pasti sebelum membuat kesimpulan," kata Sani kepada iNews.id saat ditemui di Kemayoran, Jakarta Pusat, Kamis (25/5/2023).
Pria yang juga menjabat sebagai direktur utama PO SAN (Siliwangi Antar Nusa) itu juga memiliki analisa bahwa benar rem tangan ada yang merilia sehingga bus meluncur ke jurang. Ini diungkapkannya berdasarkan pengalamannya selama puluhan tahun berkutat dunia bus.
“Kalau lihat videonya dari berbagai angle, dari samping, dari belakang, dari depan, kita bisa sama-sama lihat roda (bus) itu berputar dengan lancar. Kedua, kalau bicara energi potensial, kita nggak bisa menyangkal teori itu, teori itu memang ada. Tapi kan kalau dilihat lagi, kemiringan tempat parkir itu tidak securam seperti hitungan energi potensial. Energi potensial itu timbul pada saat bus itu posisi sudah di kemiringan, artinya bus sudah lewat dari lokasi parkir,” ujar Sani.
Seperti diketahui, KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi) mengatakan bahwa rem tangan bus masih terkunci. Hal yang sama juga disebutkan oleh Hino yang melakukan investigasi pada bus Duta Wisata.
Namun, Sani mengatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan roda bus terkunci saat kecelakaan terjadi. Untuk itu, dibutuhkan penyelidikan lebih lanjut mengenai penyebab sebenarnya kecelakaan tersebut.
“Saya masih melihat bus ini sempat dirilis rem tangannya. Terus nggelondor, mungkin karena gugup atau apa, ketarik lagi. Makanya mungkin pada saat jatuh di bawah, posisi handrem-nya tekunci. Itu satu,” katanya.
“Kedua, KNKT bilang, pada saat (bus) diangkat, rodanya terkunci. (Itu) pasti. Karena pada saat bus terjatuh entah selangnya ada yang bocor atau apa, anginnya habis. Karena sistem dan pola kerja full air brake itu, untuk mengunci anginnya dibuang. Artinya pada saat angin kosong, remnya itu ngunci. Makanya pada saat diangkat dia ngunci, karena anginnya kosong," ujarnya.
Sani menegaskan bahwa bus yang meluncur dengan rem tangan masih terkunci dapat dibuktikan dengan sangat mudah. Dia mengatakan itu hanya perlu dilihat dari tromol bus yang terdapat luka akibat goresan dari penguncian rem.
“Saya tidak bilang teori salah, tapi boleh dibilang spekulasi, jadi maaf kalau saya salah. Spekulasi mengatakan, itu energi potensi, sehingga ada tekanan sekian kilogram, menyebabkan bus menjadi berat, dan bergerak, lalu terjadi kecelakaan. Gampang sebenarnya (membuktikan). Sampai sekarang ada nggak klarifikasi atau analisa yang menyatakan teromol belakang ada baret? Artinya, kalau rem terkunci dengan momen energi potensi, brake shoe itu nendang ke brake drum, dia kan akan menggesek. Nah itu harusnya ada bekas stracth di sekelilingnya. Sampai hari ini kan tidak ada yang memberi keterangan,” ucap Sani.
Sebagai Ketua IPOMI dan Ketua Bidang Angkutan Penumpang DPP Organda menegaskan bahwa dirinya tak membela pihak mana pun. Dia hanya ingin pihak yang berwenang dapat melakukan penyelidikan secara menyeluruh sebelum menetapkan tersangka.
“Jadi saya tidak dalam kapasitas membela siapapun atau menuduh siapapun. Saya kalau melihat dari video yang ada, saya meyakini rem tangan itu rilis, sehingga bus itu bergerak. Soal ada atau tidak (yang merilis) itu wallahu a’lam. Hanya kejujuran orang yang ada di dalam bus. Karena sampai hari ini, korban yang ada di dalam (bus) pun nggak ada (beri) keterangan kan?,” kata dia.
Editor: Ismet Humaedi