Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Usai Porak-porandakan Filipina, Topan Fungwong Menuju Taiwan
Advertisement . Scroll to see content

Medali Olimpiade Tokyo dari Barang Bekas, Petinju Filipina Kenang saat Jadi Pemulung

Senin, 09 Agustus 2021 - 13:22:00 WIB
Medali Olimpiade Tokyo dari Barang Bekas, Petinju Filipina Kenang saat Jadi Pemulung
Petinju Filipina, Carlo Paalam Peraih, mencium medali perak Olimpiade Tokyo 2020 di Kokugikan Arena pada Sabtu (7/8/2021). (Foto: REUTERS/Ueslei Marcelino)
Advertisement . Scroll to see content

TOKYO, iNews.idPetinju asal Filipina, Carlo Paalam, mendapat medali perak di ajang Olimpiade Tokyo 2020. Setelah mendapatkan medali perak tersebut, Paalam kemudian teringat dengan masa lalunya yang .

Carlo Paalam gagal meraih emas di nomor tinju putra Olimpiade Tokyo 2020 pada Sabtu (7/8/2021). Dia ditumbangkan petinju asal Britania Raya, Galal Yafai di partai final.

Namun, medali perak saja dirasa cukup berharga bagi Paalam. Raihan medali perak membuat Filipina menduduki posisi satu di daftar torehan medali se-Asia Tenggara. Selain itu, Paaram juga bangga mendapatkan medali yang bahan pembuatannya tidak biasa.

Sebagaimana diketahui, medali di Olimpiade Tokyo 2020 terbuat dari barang-barang bekas. Hal itu kemudian membuat Paalam mengingat masa kelamnya sebagai seorang pemulung sebelum menjadi pahlawan olahraga Filipina.

"Medali ini, ini adalah simbol dari mana saya berasal. Saya pernah menjadi pemulung dan medali ini dibuat dari barang-barang rusak. Itu berasal dari sampah, dan saya sangat berhubungan dengan hal itu," ujar Paalam dilansir iNews.id dari Esquire, Senin (9/8/2021).

Paalam menjalani kehidupan yang keras pada masa kecil. Pria berusia 23 tahun itu harus mengais sampah, mengumpulkan botol dan plastik untuk bertahan hidup. Hal itu terjadi sejak orangtuanya berpisah saat dia berusia enam tahun. Dia pun lalu menjalani kehidupan sebagai seorang pemulung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di kota Cagayan de Oro.

Petinju kelas terbang itu mengenal dunia yang membesarkan namanya lewat tetangga di rumahnya. Ketika itu dia pulang dari gereja, lalu tetangga yang merupakan seorang petinju itu sedang melatih anaknya. Paalam yang sedang lewat dipanggil untuk bertarung melawan sang anak.

“Itu terjadi setelah gereja, kemudian ketika saya sampai di rumah. Saya melihat tetangga saya tengah bertinju dan melatih putranya. Dia kemudian memanggil saya untuk datang dan melawan putranya," kata Paalam.

“Saya takut karena anak itu adalah putra seorang petinju dan dia anak yang baik. Saya tidak ingin berkelahi dengannya, tetapi tetangga saya memberi sepasang sarung tangan dan dia memberi tahu bahwa siapa pun yang menang akan mendapat sebotol soda," ucapnya.

Paalam menerima tantangan itu dan tetangganya kemudian menilai dia mempunyai bakat tinju. Dia yang saat itu berusia sembilan tahun disarankan untuk mengikuti pertandingan tinju mingguan yang ada di alun-alun kota Cagayan de Aro. Pertandingan itu disebut ‘Boxing in The Park’.

"Perjalanan saya dimulai di 'Boxing in The Park' setiap Minggu dan ada hadiah 120 peso (Rp34 ribu). Itu besar bagi saya daripada mengais berjam-jam untuk menemukan botol dan plastik,” kata petinju kelahiran 16 Juli 1998 itu.

Pelatih Tim Nasional Tinju Filipina, Elmer Pamisa, mencium bakat Paalam di pertarungan mingguan itu. Pamisa akhirnya merekrut mantan pemulung itu untuk mengikuti program latihan pada 2009.

Sebelum memenangkan perak di Tokyo 2020, Paalam juga menyabet medali emas SEA Games 2019 di Manila dan perunggu Asian Games Jakarta-Palembang 2018 dalam kelas terbang putra. Kegagalan meraih emas di Olimpiade tahun ini memberikan motivasi baginya untuk lebih baik lagi di Paris 2024.

"Apa pun yang diberikan Tuhan kepada saya, di Paris saya akan melanjutkan latihan saya untuk memenangkan medali emas. Kami tidak bisa menentukan nasib, tetapi saya akan melakukan segalanya," tegas Paalam.

“Tinju adalah bagian besar dari hidup saya dan itu akan selalu mengingatkan saya dari mana saya berasal. Karena olahraga itulah saya bisa mengenakan pakaian yang saya impikan sebelumnya. Ini benar-benar berkah dari Tuhan. Tidak ada yang tidak mungkin bagi siapa saja yang bermimpi besar,” katanya.

Editor: Dimas Wahyu Indrajaya

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut