Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Keren! Indonesia Bakal Punya Arena Pacuan Kuda Kelas Dunia, Ini Lokasinya
Advertisement . Scroll to see content

Sejarah dan Keajaiban Triple Crown, Mahkota Paling Sakral dalam Dunia Pacuan Kuda

Rabu, 09 Juli 2025 - 08:55:00 WIB
Sejarah dan Keajaiban Triple Crown, Mahkota Paling Sakral dalam Dunia Pacuan Kuda
Dalam jagat pacuan kuda, tak ada prestasi yang lebih sakral dan mengguncang dunia selain Triple Crown (Foto: Sarga.co)
Advertisement . Scroll to see content

Australia: Dua Jalur Mahkota, Dua Dunia Berbeda

Triple Crown untuk kuda jantan? Ada. Untuk sprinter? Ada juga. Dari Octagonal (1996) hingga It’s A Dundeel (2013), medan Australia tak kalah berat. Untuk spesialis sprint, hanya segelintir yang mampu mendekat. Namun jika bicara kecepatan murni, Black Caviar adalah ratu tak tertandingi: 25 kemenangan tanpa pernah kalah.

Hong Kong: Ujian Dewasa yang Nyaris Tak Terlampaui

Uniknya, Triple Crown Hong Kong terbuka untuk kuda dewasa, bukan hanya usia 3 tahun. Tantangannya sangat berat, hingga kini hanya dua kuda yang berhasil: River Verdon (1994) dan Voyage Bubble (2025).

Indonesia dan Mahkota yang Belum Lagi Terjamah

Indonesia punya versinya sendiri dari Triple Crown: tiga seri berjenjang—April (1.200 meter), Mei (1.600 meter), dan puncaknya Juli (2.000 meter) di Indonesia Derby. Sejak awal sejarahnya, hanya dua kuda yang berhasil menyapu bersih: Manik Trisula (2002) dan Djohar Manik (2014). Setelah itu, mahkota hanya jadi kenangan.

“Realistis saja. Karena kuda-kuda di sini belum kuat jaraknya sepanjang itu,” ucap Munawir.

Ada yang nyaris, King Master, Queen Thalassa, Lady Aria, dan lainnya. Namun selalu tersandung di salah satu leg.

Kini, sejarah mungkin akan ditulis ulang. Kuda King Argentine telah memenangi IHR–Triple Crown Serie 1 dan Serie 2. Satu balapan tersisa: IHR–Indonesia Derby pada 27 Juli 2025. Jika ia menang, ia akan menjadi kuda ketiga dalam sejarah Indonesia yang menyandang gelar Triple Crown Champion.

“Triple Crown menuntut daya tahan luar biasa kuda, konsistensi tak tergoyahkan, strategi cermat, dan kesiapan menghadapi tantangan cuaca, cedera, bahkan fluktuasi psikologis seekor kuda,” jelas Munawir.

Gelar Triple Crown bukan hanya soal kecepatan, tapi tentang keseimbangan sempurna antara fisik, teknik, mental, dan taktik. Ia adalah medali emas tak kasat mata, yang hanya bisa dicapai oleh yang benar-benar unggul.

Tanggal 27 Juli nanti, publik pacuan kuda Indonesia akan menahan napas. Apakah King Argentine akan menuliskan namanya di daftar abadi bersama Manik Trisula dan Djohar Manik? Ataukah mahkota itu kembali menjauh?

Editor: Reynaldi Hermawan

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut