Wynne Prakusya Ratu Tenis Indonesia yang Bikin Geger Manila, Begini Kehidupannya Sekarang

JAKARTA, iNews.id – Pecinta tenis Tanah Air tak asing dengan sosok Wynne Prakusya. Bagaimana kabar sang ratu tenis Indonesia saat ini?
Kalau bicara soal tenis di Indonesia, belum lengkap tanpa membicarakan Wynne Prakusya. Dia adalah salah satu pemain tenis terhebat yang pernah dimiliki negeri ini, bahkan dia sempat dijuluki Ratu Tenis Indonesia karena pencapaiannya menyapu bersih emas SEA Games 2005 di Manila.
Wanita yang lahir di Solo, 26 April 1981 itu semasa kecil sangat gemar menari. Bahkan, dia pernah masuk televisi saat menari di depan Wali Kota Solo sekitar umur 8 atau 9 tahun. Oleh karena itu, dia bercita-cita ingin masuk televisi ketika sudah besar nanti.
Namun, cita-citanya itu berubah ketika dia sering diajak menonton pertandingan tenis oleh sang ayah. Dia sering menonton pertandingan atlet-atlet internasional seperti Monica Niculescu dan Steffi Graff. Disitulah momen ketika dia bercita-cita ingin menjadi petenis profesional.
“Pada saat umur 9 tahun, ayah saya selalu mengajak saya melihat pertandingan tenis setiap malam di televisi. Kebetulan ketika saya melihat televisi, yang saya lihat adalah Monica Niculescu dan Steffi Graf. Jadi, dari situ saya bercita-cita menjadi professional,” kata Wynne saat dihubungi via telepon oleh MNC Portal Indonesia, Rabu (18/8/2021).
Wynne tinggal jauh dari orangtua sejak usia 9 tahun. Dia dikirim ke Jakarta dari Solo oleh orangtuanya untuk bermain tenis. Bahkan, dia dikirim ke Eropa pada usia 12 tahun dan semakin jauh dari orangtuanya. Jarak yang tadinya terpisah 1 jam dengan perjalanan via udara, bertambah menjadi 16 jam. Menurutnya, itulah hal terberat yang dia jalani untuk menjadi atlet profesional.
“Saat saya memiliki cita-cita seperti itu, saya dikirim ke Jakarta oleh ibu saya. Saya asli solo, tapi umur 9 tahun di pindahkan dari Solo ke Jakarta untuk bermain tenis. Pada saat itu, di usia yang masih 9 tahun sangat berat untuk jauh dengan kedua orangtua,” ujar wanita yang kini berusia 41 tahun itu.
“Umur 12 tahun saya dikirim ke Eropa, ketika itu saya nangis karena yang tadinya perjalanan hanya 1 jam ketika Jakarta-Eropa menjadi 16 jam,” imbuhnya.