10 Pelatih Lokal yang Pernah Juara Liga Indonesia, Rahmad Darmawan 2 Kali
JAKARTA, iNews.id – Dalam sejarah Liga Indonesia (Ligina) atau yang kini disebut Liga 1, hanya ada 10 pelatih lokal yang mampu membawa timnya juara.
Ya, kompetisi kasta tertinggi sepak bola di Tanah Air itu sudah melewati 24 musim sejak Perserikatan dan Galatama digabungkan menjadi Liga Indonesia pada 1994/1995.
Dalam perjalanannya, kompetisi tak selalu bisa berakhir. Ada kalanya kompetisi terhenti di tengah jalan, seperti pada 1997/1998 karena situasi keamanan dan politik yang tak memungkinkan.
Pada 2005, liga yang kala itu bernama QNB League juga tak bisa berlanjut setelah melakoni tiga pekan lantaran perseteruan antara kemenpora dan PSSI. Kisruh itupun mengundang sanksi dari FIFA yang membuat Indonesia dikucilkan selama dua tahun.
Sejak musim pertama pada 1994/1995 hingga 2020, pelatih asing mampu 13 kali meraih trofi. Sementara pelatih lokal 11 kali juara dengan mencatatkan 10 nama. Berikut ulasannya:
INDRA THOHIR (Persib – 1994/1995)

Persib Bandung menjadi salah satu tim asal perserikatan yang memang diunggulkan menjadi juara pada Ligina edisi perdana yang menggunakan system dua wilayah Barat dan Timur.
Di tangan Indra Thohir, Maung Bandung melaju ke babak 8 besar setelah finis di posisi kedua klasemen Wilayah Barat di bawah Pelita Jaya.
Kemudian, Robby Darwis dkk mampu melanjutkan hegemoninya pada Grup B babak 8 besar dengan finis di puncak klasemen. Di semifinal, Persib sukses menggulung Barito Putra 1-0, sebelum memastikan titel setelah menang 1-0 atas Petrokimia Putra lewat gol Sutiono.
RUSDY BAHALWAN (Persebaya – 1996/1997)

Pada musim 1996/1997, Persebaya di tangan Rusdy Bahalwan sudah menunjukkan gelagat positif untuk menjadi kandidat juara. Bajul Ijo mampu finis di puncak klasemen Wilayah Barat. Bandung Raya, Arema, dan Persiraja menemani Persebaya ke babak 8 besar.
Dari Wilayah Timur, Persib yang memuncaki klasemen, sementara Pelita Jaya Mastrans, Mitra Surabaya, dan Barito Putra di urutan kedua, ketiga, dan keempat.
Persebaya melaju ke semifinal setelah jadi juara Grup A di babak 8 besar. Di semifinal, Aji Santoso dkk mampu memenangkan duel seru kontra PSM dengan skor 3-2. Kemudian di final, Bajul Ijo menang 3-1 atas Bandung Raya lewat gol Aji Santoso, Jacksen F Tiago, dan Reinald Pieters.
EDY PARYONO (PSIS – 1998/1999)

Ligina 1998/1999 bisa dibilang musim kejutan. Sebab, tak ada yang menyangka PSIS Semarang yang ditukangi Edy Paryono. Musim itu, 28 tim terbagi dalam tiga Divisi Barat yang terbagi atas 3 grup, Divisi Tengah terdiri dari 5 tim yang masuk dalam 1 grup, sementara Divisi Timur terdiri dari 6 tim yang masuk dalam 1 grup.
PSIS melaju ke babak 10 besar setelah finis di peringkat kedua Grup 4 Divisi Tengah. Kemudian, Laskar Mahesa Jenar mampu menjadi empat tim yang melaju ke semifinal. Mereka melaju ke final usai menggilas Persija 1-0. Di laga puncak yang digelar di Stadion Klabat, Manado, PSIS memastikan titel setelah melibas Persebaya 1-0 lewat gol Tugiyo pada menit ke-89.
SYAMSUDDIN UMAR (PSM – 1999/2000)

Pada musim 1999/2000, PSM yang dihuni gugusan bintang sekelas Kurniawan Dwi Yulianto, Miro Baldo Bento, Aji Santoso, Carlos de Mello, Bima Sakti, Hendro Kartiko, dan Ortisan Salossa mampu memenuhi targetnya menjadi juara di tangan dingin Syamsuddin Umar.
Saat itu, kompetisi kembali dimainkan dua Wilayah Barat dan Timur. PSM mampu finis di singgasana Wilayah Timur di atas Arema, Pupuk Kaltim, dan Pelita Solo. Dari Wilayah Timur, Persija finis pertama, diikuti Persijatim, Persikota Tangerang, dan PSMS Medan.
PSM kembali memuncaki Grup A pada babak 8 besar untuk terus melaju. Di semifinal, tim Juku Eja mengalahkan Persija 1-0, dan menang tipis 3-2 atas Pupuk Kaltim yang diperkuat Fakhri Husaini di final. Di akhir musim, Bima Sakti terpilih jadi pemain terbaik.
SOFYAN HADI (Persija – 2001)

Musim 2001, Persija yang diasuh Sofyan Hadi tampil memesona dengan pemain-pemain nomor wahid di Tanah Air seperti Bambang Pamungkas, Widodo C Putra, Gendut Doni, Imran Nahumarury, Luciano Leandro, Antonio Claudio, Nuralim, plus Mbeng Jean di bawah mistar gawang.
Hasilnya, Macan Kemayoran mampu finis di urutan kedua Wilayah Barat di bawah PSMS Medan, diikuti Persib Bandung, dan Persita Tangerang. Di Wilayah Timur, PSM yang ada di puncak diikuti Persebaya, Arema, dan Barito Putera.
Hegemoni Persija berlanjut dengan memuncaki Grup 2 di babak 8 besar. Kemudian, pasukan Sofyan Hadi sukses menggulung Persebaya di semifinal. Di final, Luciano dkk menggagalkan PSM mempertahankan gelarnya. Persija menang 3-2 lewat dua gol Bambang Pamungkas, dan satu dari Imran Nahumarury.
JAYA HARTONO (Persik – 2003)

Pada musim ini, Ligina tidak lagi menggunakan sistem pembagian wilayah barat dan timur serta sistem knockout stage (perempat final, semifinal, dan final). Sistem tersebut diganti dengan kompetisi penuh. Tim yang terus memuncaki klasemen sampai akhir musim berhak menjadi juara.
Kala itu, Persik yang ditukangi Jaya Hartono datang sebagai tim promosi. Jadi banyak yang meremehkan tim berjuluk Macan Putih itu bisa bertahan di kasta tertinggi.
Namun, Jaya Hartono mampu membuat tim yang diperkuat Wawan Widiantoro, Khusnul Yuli, Ebi Sukore, Harianto, Musikan, dan kiper legendaris, Wahyudi mampu finis di singgasana klasemen dengan poin 67, unggul lima angka dari PSM.
RAHMAD DARMAWAN (Persipura – 2005; Sriwijaya Fc – 2007)

Rahmad Darmawan bisa dibilang sebagai pelatih lokal paling sukses sepanjang sejarah Ligina. Dia mampu membawa dua tim berbeda menjuarai kompetisi.
Sukses pertama arsitek yang biasa disapa RD itu saat melatih Persipura Jayapura pada 2005. Kala itu, Ligina kembali memainkan format dua Wilayah Barat dan Timur. Persipura yang memuncaki Wilayah Timur melaju ke 8 besar dan kembali finis di puncak Grup Timur untuk menuju final. Di partai pamungkas, tim Mutiara Hitam yang diperkuat Boaz Solossa, Victor Igbonefo, Christian Lenglolo, Ian Kabes, dan kiper Jendri Pitoy sukses mengalahkan Persija 3-2 lewat perpanjangan waktu.
Dua tahun kemudian, giliran Sriwijaya FC yang dibawa RD jadi juara Ligina 2007. Lolos ke 8 besar sebagai juara Grup Barat, Laskar Wong Kito terus melaju setelah memuncaki Grup A babak 8 besar. Di semifinal, mereka melibas Persija 1-0, sebelum menang 3-1 atas PSMS di final. Sriwijaya kala itu diperkuat Anaoure Obiora, Keith Kayamba Gumbs, Zah Rahan Krangar, Charis Yulianto, dan kiper Ferry Rotinsulu.
DANIEL ROEKITO (Persik – 2006)

Pada Ligina 2006, Daniel Roekito mampu membawa Persik Kediri meraih titel keduanya. Dia mampu mengkolaborasikan striker sekelas Christian Gonzales, Budi Sudarsono, yang ditopang kreativitas Danilo Fernando, Ebi Sukore, dan Khusnul Yuli di tengah.
Macan Putih lolos ke 8 besar dengan status runner-up Wilayah Timur. Kemudian, Persik mampu jadi pemuncak klasemen Grup Barat pada 8 besar. Di semifinal, Gonzales dkk menggulung Persmin Minahasa 3-1, dan mengalahkan PSIS Semarang 1-o di final lewat gol Gonzales pada perpanjangan waktu. Namun, tak lama usai bikin gol striker asal Uruguay itu diganjar kartu merah.
KAS HARTADI (Sriwijaya FC – 2011/2012)

Pada musim 2011/2012, Kas Hartadi bisa dibilang mewarisi tim yang ditinggalkan Ivan Kolev yang didepak karena gagal membawa Sriwijaya FC kampiun di musim sebelumnya.
Di tangan Kas, tim yang diperkuat bintang-bintang sekelas Firman Utina, Ponaryo Astaman, M Ridwan, Keith Kayamba Gumbs, dan Hilton Moreira mampu tampil paling konsisten pada kompetisi yang bernama Indonesia Super League (ISL) itu.
Hasilnya, di akhir musim Laskar Wong Kito mampu finis di puncak klasemen dengan poin 79, unggul 11 angka dari Persipura Jayapura. Titel itu makin indah karena Kayamba terpilih jadi pemain terbaik.
DJADJANG NURDJAMAN (Persib – 2014)

ISL 2014 kembali menggunakan system dua Wilayah Barat dan Timur. Di musim itu, Djadjang Nurdjaman mampu menuntaskan puasa gelar Persib dalam 19 tahun sejak terakhir juara pada 1994/1995.
Bermodalkan barisan pemain berkelas seperti Ferdinand Sinaga, M Ridwan, Tantan, dan creator sekelas Makan Konate, Djanur –sapaan Djadjang- mampu meloloskan Persib ke 8 besar setelah finis sebagai runner up Wilayah Barat.
Di 8 besar, Maung Bandung kembali tampil solid dan memuncaki Grup B untuk melaju ke semifinal. Tiket ke final pun mampu diraih setelah mereka sukses menggulung Arema Cronous 3-1 lewat perpanjangan waktu. Di laga puncak, Persib menang adu penalti atas Persipura setelah sampai perpanjangan waktu skor 2-2.
Editor: Abdul Haris