5 Lagu Soundtrack Piala Dunia Terbaik, Nomor 3 Diparodikan Grup Musik Indonesia

3. La Copa De La Vida

Nama penyanyi Puerto Riko, Ricky Martin melejit berkat lagu ini. Dia menyanyikan La Copa De La Vida untuk Piala Dunia 1998 yang dihelat di Prancis.

Lagu itu memakai bahasa Spanyol, bahasa yang tak se-universal bahasa Inggris. Meski begitu, La Copa De La Vida mampu populer di 60 negara, bahkan memuncaki daftar lagu terbaik di 30 negara.

Uniknya lagu ini diparodikan grup musik legendaris Indonesia, Padhyangan Project (P-Project) pada tahun yang sama. Lagu La Copa De La Vida diubah judulnya oleh mereka menjadi Lagunya Lagu Bola.

Irama musiknya tentu sama, tapi liriknya diubah menjadi lebih menggelitik. Tak hanya menggelitik malahan, tapi juga bernuansa sindirian mengenai Indonesia yang sulit lolos ke Piala Dunia. Berikut penggalan liriknya:

"Kita Indonesia nggak ikut ke sana
Jadi peserta Piala Dunia
Lebih menderita karna huru-hara
Liga Indonesia tidak berdaya, tidak berdaya"

4. We Are One (Ole Ola)

Lagu soundtrack Piala Dunia terbaik selanjutnya adalah We Are One. We Are One adalah salah satu lagu yang dinyanyikan oleh penyanyi terkenal. Pitbull, Jenifer Lopez, dan Claudia Leitte menyanyikan lagu We Are One untuk Piala Dunia Brasil 20014.

Meskipun tidak sepopuler Waka-waka,  lagu ini juga bisa menarik cukup banyak perhatian dari para penikmat ajang sepak bola dunia. 

5. The Time of Our Lives

The Times of Our Lives adalah salah satu lagu Piala Dunia. Uniknya, lagu ini berbeda dengan yang lain. Biasanya lagu anthem Piala Dunia diiringi dengan musik penuh semangat. Namun, lagu ini diiringi dengan nada yang syahdu.

The Time of Our Lives menjadi lagu Piala Dunia 2006. Lagu yang dinyanyikan oleh Toni Braxton ternyata memiliki arti mendalam di balik liriknya. Hal menarik lainnya, lagu ini dinyanyikan dengan dua bahasa sekaligus, yaitu Spanyol dan Inggris. 

Itulah 5 lagu soundtrack Piala Dunia terbaik. Lagu-lagu ini menemani penikmat ajang sepak bola empat tahunan. Bahkan, lagu-lagu ini membekas di telinga para pendengar hingga saat ini.

Editor: Dimas Wahyu Indrajaya