Alasan Mengapa Piala AFF Tidak Masuk Kalender FIFA, Apa Pentingnya untuk Negara-Negara ASEAN?
JAKARTA, iNews.id - Alasan mengapa Piala AFF tidak masuk kalender FIFA menarik untuk dikupas. Pasalnya, Piala AFF adalah turnamen yang cukup bergengsi di kawasan Asia Tenggara atau ASEAN.
Indonesia merupakan salah satu negara pendiri yang sampai saat ini belum menjadi juara dalam turnamen tersebut. Bagi Indonesia, Piala AFF bak menjadi kejuaraan yang masuk dalam pekerjaan rumah besar dan harus dimenangkan.
Meski begitu, gelaran sepak bola akbar di nyatanya tidak masuk dalam kalender FIFA. Lantas, apa alasannya?
Jika Piala AFF tidak diakui sebagai ajang resmi FIFA, lantas kenapa turnamen itu tetap dilakukan dan menjadi ajang bergengsi bagi negara-negara ASEAN?
Untuk menjawab pertanyaan itu, berikut ini adalah usalannya yang dilansir iNews.id, Senin (5/9/2022).
Ajang AFF sendiri sejatinya bukanlah agenda resmi di bawah naungan FIFA selaku Asosiasi Sepak Bola Dunia. AFF tak lain hanya cabang dari AFC (konfederasi Asia) yang dibentuk atas kesepakatan negara-negara Asia Tenggara saja.
Dalam laman resminya, FIFA hanya mengakui AFC (Asia), UEFA (Eropa), CAF (Afrika), CONCACAF (Amerika Utara dan Tengah), CONMEBOL (Amerika Selatan) dan Oceania sebagai agenda resmi di bawah naungannya.
Oleh FIFA, AFF tak lain sebatas sebagai turnamen persahabatan antar negara-negara di Asia Tenggara. Untuk itu, kemenangan yang didapat pada ini tidak akan berpengaruh pada peringkat di FIFA.
Jika AFF tidak masuk kalender resmi FIFA, maka ajang serupa seperti Piala EAFF (Asia Timur), CAFA (Asia Tengah), SAFF (Asia Selatan), dan WAFF (Asia Barat) juga sama.
Kompetisi tersebut tidak ditemui dalam daftar turnamen resmi FIFA. Oleh sebab itu, suatu klub tidak wajib melepas pemainnya untuk membela negaranya ketika diselenggarakan kompetisi tersebut.
Meski tidak masuk sebagai ajang resmi FIFA, AFF tetaplah menjadi turnamen bergengsi dan cukup penting bagi negara-negara ASEAN. Berikut ini adalah pentingnya Piala AFF bagi negara-negara di kawasan Asia Tenggara:
Piala AFF sebenarnya tidak masuk agenda resmi FIFA selaku Asosiasi Sepak Bola Dunia. AFF tak lain hanya sebatas cabang dari AFC (konfederasi Asia) yang dibentuk atas kesepakatan negara-negara Asia Tenggara saja.
Meski tidak di bawah naungan FIFA, Piala AFF sebenarnya memiliki tujuan mulia yakni agar menarik minat masyarakat ASEAN pada dunia sepak bola. Dengan diadakannya AFF, nyatanya minat warga ASEAN pada sepak bola semakin tumbuh.
Hal itu tak lain karena AFF memiliki gengsi tersendiri di antara negara-negara ASEAN. Diakui atau tidak, kualitas sepak bola Asia Tenggara dengan kawasan Asia yang lain bisa dibilang tertinggal. Maka agar animo masyarakat ASEAN terhadap sepak bola semakin tinggi dan kualitasnya meningkat, dibentuklah turnamen AFF untuk memacu kualitas negara-negara ASEAN dan minat warganya terhadap sepak bola.
Kompetisi yang digelar sejak tahun 1996 ini penting untuk menjadi ajang unjuk gigi para pemain di level Asia Tenggara. Pasalnya, talenta dari Asia Tenggara memang kurang menonjol di kancah Piala Asia atau AFC.
Diakui atau tidak, pamor pemain Asia Tenggara masih kalah dengan pemain-pemain asal Jepang, Korea Selatan, Iran, bahkan Australia. Dengan AFF, para pemain sebenarnya tidak akan kesulitan untuk unjuk gigi dan mudah dilirik oleh dunia Internasional.
Sebagai contoh, sebut saja pemain Thailand, Kiatisuk Senamuang yang menjadi buah bibir usai memenangi Piala AFF perdana tahun 1996.
Senamuang dikabarkan dilirik klub Inggris, Huddersfield Town setelah bakatnya terlihat. Selain itu, Thailand juga masih punya nama-nama pemain yang melejit di Piala AFF. Misalnya, ada Chanathip Songkrasin yang akhirnya bermain di Jepang.
Di Indonesia, ada nama-nama seperti Egy Maulana Vikri yang merumput di FK Senica dan sebelumnya di Lechia Gdansk. Witan Sulaeman juga bergabung ke Lechia Gdansk. Lalu Asnawi Mangkualam yang terbang ke Korea untuk merumput bersama Ansan Greeners, Saddil Ramdani, Andik Vermansyah, dan masih banyak lagi pemain lainnya yang dilirik setelah penampilannya di Piala AFF.