Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Pengadilan Kriminal Internasional Perintahkan Tangkap Mantan Kepala Kepolisian Nasional Filipina
Advertisement . Scroll to see content

Dua Wajah Diego Maradona, Antara Dewa dan Iblis

Kamis, 26 November 2020 - 01:18:00 WIB
Dua Wajah Diego Maradona, Antara Dewa dan Iblis
Diego Maradona. (Foto: REUTERS)
Advertisement . Scroll to see content

BUENOS AIRES, iNews.id – Dunia mengenang Diego Maradona yang meninggal karena serangan jantung pada Rabu (25/11/2020) malam WIB, kurang dari sebulah setelah dia merayakan ulang tahunnya ke-60 pada 30 Oktober lalu. Sebagai pesepak bola legendaris, dia dipuja bagai dewa, namun sisi kepribadian iblisnya hampir menghancurkan kariernya.

Terlahir dari keluarga miskin di daerah kumuh Buenos Aires yang kotor, dia menjelma menjadi pemimpin Argentina untuk meraih trofi Piala Dunia 1986. Kisah kepahlawanannya di ajang itu membuatnya memperoleh status ikon sejajar dengan idola asal Argentina lainnya, Che Guevara dan Evita Peron.

Namun, di sisi lain, wajah Maradona pun tak lepas dari obat-obatan terlarang. Ini yang membuatnya jatuh ke dalam kesengsaraan ketika ditendang keluar Piala Dunia 1994 karena doping.

Ya, sejak 1991 narkoba dan alkohol mulai mengambil alih hidupnya. Tahun itu Maradona diberi skorsing 15 bulan dari sepak bola di seluruh dunia karena doping.

Dia dilarang lagi selama 15 bulan setelah dinyatakan positif menggunakan narkoba pada Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat.

Selama bertahun-tahun dia merefleksikan kebesaran dan kelemahannya di depan umum, menerbitkan buku berisi foto dan kutipan tentang dirinya dan menjadi pembawa acara televisi.

"Sepak bola adalah olahraga paling indah dan sehat di dunia. Sepak bola seharusnya tidak membayar kesalahan saya. Itu bukan kesalahan bola," katanya, dikutip Reuters.

Maradona pensiun dari sepak bola profesional pada tahun 1997. Bertahun-tahun mencumbui narkoba, makan berlebihan, dan alkoholisme memotong kariernya yang cemerlang dan mengubah penampilannya dari atlet lincah menjadi seseorang obesitas yang nyaris meninggal karena gagal jantung akibat kokain pada tahun 2000.

Kemudian, dia menjalani rehabilitasi narkoba, tinggal di Kuba antara tahun 2000 dan 2005, di mana dia sering menghabiskan waktu bersama Fidel Castro. Dia memiliki tato pemimpin Kuba di kakinya - dan salah satu rekan revolusioner Che di lengannya.

Bagi banyak orang, dosanya di luar lapangan menutupi kejeniusannya.

"Keraguan utama saya adalah apakah dia memiliki kebesaran yang cukup sebagai orang yang pantas dihormati oleh penonton di seluruh dunia," kata Pele setelah pemungutan suara populer memberi Maradona penghargaan pesepak bola terbaik abad ke-20 oleh FIFA pada 2000, meninggalkan Pele di tempat kedua, dikutip Reuters.

Media Argentina terobsesi dengan kepribadian adiktif Maradona, dengan liputan menyeluruh tentang operasi bypass lambung tahun 2005 untuk menurunkan berat badan dan rawat inap tahun 2007 karena hepatitis yang mengancam jiwa akibat alkohol.

Pakar narkoba dan alkohol menyebut keakraban Maradona dengan obat terlarang satu demi satu sebagai bunuh diri perlahan.

Namun, dia mampu comeback secara menakjubkan pada tahun 2008 sebagai pelatih Timnas Argentina. Dia bisa meyakinkan Federasi Sepak Bola Argentina (AFA) bahwa dengan karisma yang besar dia bisa menginspirasi tim untuk meraih kemenangan, meskipun kurangnya pengalaman melatih.

Banyak orang Argentina yang meragukan sentuhannya sebagai pelatih walau pun skuatnya dihuni gugusan bintang sekelas Lionel Messi dan Gonzalo Higuain. Betul saja keraguan tersebut karena Tim Tango nyaris tak lolos kualifikasi Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan, sebelum akhirnya tersingkir di perempat final.

Kontroversi kehidupan sang legendaris memang membuatnya tak pernah jauh dari halaman depan surat kabar atau majalah.

Meski begitu, masih banyak fans tetap setia. Dari China hingga Eropa, orang Argentina menemukan bahwa mereka dapat berteman hanya dengan menyebut nama Maradona.

Beberapa mendirikan Gereja Maradoniana, lengkap dengan citra religiusnya sendiri dan 10 Perintah, salah satunya adalah, 'Jadikan Diego nama tengah Anda dan beri nama putra pertama Anda Diego.'

"Dalam imajinasi kolektif kami, Diego Maradona mewakili masa lalu yang mulia, dia adalah simbol dari apa yang mungkin kami lakukan," kata profesor budaya populer di Universitas Buenos Aires dan pakar Maradona Pablo Alabarces.

"Dia akan selalu dimaafkan," kata penggemar Maradona Marcelo Pose, pengacara Buenos Aires.

Editor: Abdul Haris

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut