Liga Indonesia Dibekukan, Pemain Banting Setir, Mulai Jualan Kue hingga Jadi Satpam
JAKARTA, iNews.id – Pandemi Covid-19 benar-benar memukul para pelaku sepak bola di Indonesia. Bagaimana tidak, pembekuan kompetisi yang tak jelas ujung pangkalnya, hingga pemotongan gaji besar-besaran membuat praktisi olahraga sepak-menyepak ini mendadak jadi pengangguran.
Mau tak mau, untuk menyambung hidup, mereka harus menekuni profesi lain, mulai dari penjual makanan atau minuman, petugas keamanan, dan lain sebagainya.
Sejak Maret lalu, PSSI memutuskan untuk menghentikan Liga Indonesia, bukan hanya Liga 1, strata di bawahnya juga ikut vakum. Berulang kali ada usaha federasi untuk kembali melanjutkan kompetisi, namun selalu gagal karena tak dapat izin kepolisian.
Liga diperkirakan baru bisa mulai awal tahun depan. Padahal, banyak liga di seluruh dunia sudah memutar kembali roda kompetisi, tentu dengan protokol kesehatan yang sangat ketat.
Sontak, kondisi ini membuat sempoyongan para pelaku olahraga ini, baik itu pemain, pelatih, ofisial, wasit dan lainnya. Terlebih, PSSI menghalalkan klub melakukan pemotongan gaji hingga 75 persen.
Tengok saja Bagus Nirwanto misalnya. Kapten PSS Sleman itu biasa bermain di depan ribuan fans. Tapi, setelah gajinya dipotong dua, dia beralih menjadi penjual beras curah, dan gula bersama sang istri tercinta.
Di sisi lain, dia seperti para pemain lainnya juga berjuang untuk tetap menjaga kebugarannya, dan berusaha tetap menjaga psikologisnya karena lama tak merumput.
“Saya sangat kecewa karena kompetisi ditunda," kata pemain 27 tahun itu, dikutip AFP.
“Kami sangat bersemangat dan berlatih keras untuk pertandingan pertama kami. Kami seharusnya diizinkan untuk mengadakan pertandingan tanpa penonton,” ucap pria yang menetap di Yogyakarta itu.