Sejarah Sepak Bola Indonesia dari Masa Penjajahan sampai PSSI, Lahir dari Semangat Nasionalisme
Dari pertemuan tersebut maka, kemudian lahirlah PSSI (Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia).
Begitu PSSI terbentuk, Soeratin dan kawan-kawan kemudian segera menyusun program yang pada intinya "menentang" berbagai kebijakan pemerintah Belanda dalam sepak bola melalui NIVB.
PSSI sempat melahirkan "stridij program", yakni program perjuangan seperti yang dilakukan oleh partai dan organisasi massa ketika itu.
"Kepada setiap bonden/perserikatan diwajibkan melakukan kompetisi internal untuk strata I dan II, selanjutnya di tingkatkan ke kejuaraan antar perserikatan yang disebut "Steden Tournooi" yang dimulai pada tahun 1931 di Surakarta," tulis laman resmi PSSI.
Solo dan Stadion Sriwedari jadi Saksi Sejarah Sepak Bola Indonesia
Kegiatan sepak bola kebangsaan yang digagas dan digerakkan PSSI berhasil menggugah Raja Mataram, Susuhunan Paku Buwono X. Rakyat saat itu meramaikan sepak bola di jalan-jalan atau tempat-tempat seperti di alun-alun, di mana Kompetisi I perserikatan diadakan.
Paku Buwono X kemudian mendirikan stadion Sriwedari lengkap dengan lampu, sebagai apresiasi terhadap kebangkitan 'Sepak bola Kebangsaan" yang digerakkan PSSI. Stadion Sriwedari kemudian diresmikan pada Oktober 1933 dan semakin membuat gencar kegiatan persepakbolaan.
Lebih jauh lagi, Soeratin juga turut mendorong pembentukan badan olahraga nasional. Hal itu agar kekuatan olahraga pribumi semakin kokoh, khususnya dalam melawan dominasi penjajah Belanda. Hingga pada tahun 1938, berdirilah ISI (Ikatan Sport Indonesia), yang kemudian menyelenggarakan Pekan Olahraga (15-22 Oktober 1938) di Solo. Ini juga yang di kemudian hari menjadi cikal bakal PON pertama di Indonesia tahun 1948.