Perkembangan Era Digital Menimbulkan Tantangan Budaya
JAKARTA, iNews.id - Hoaks adalah dampak buruk dari informasi palsu yang dapat memecah persatuan bangsa. Oleh karena itu, kecakapan digital dalam memilah informasi sangat dibutuhkan.
Cakap digital berarti mengetahui, memahami, dan mampu menggunakan perangkat keras dan lunak, bisa berkomunikasi di media sosial, dan bertransaksi dengan dompet digital serta di lokapasar. Saat ini banyak sekali aplikasi percakapan dan platform media sosial.
Demikian juga dengan dompet digital. Lalu apa dampaknya luapan informasi ini? Dampaknya bisa memecah belah persatuan, hilangnya rasa percaya, munculnya perundungan siber, dan tingginya kasus pencemaran nama baik.
Di sisi lain, berkembangnya era digital menimbulkan tantangan budaya seperti kebebasan ekspresi yang kebablasan, tipisnya kesopanan, kurangnya toleransi, kaburnya wawasan kebangsaan, hilangnya budaya Indonesia, hilangnya batas privasi, dan risiko dilanggarnya hak cipta dan hak intelektual.
Sebaiknya, saat menjadi warga digital, netizen dituntut bisa berpikir kritis; meminimalkan unfollow, unfriend, dan block; serta kolaborasi atau gotong-royong. “Dunia digital adalah dunia kita sekarang, tempat belajar dan berinteraksi, tempat anak-anak kita tumbuh kembang, sekaligus tempat dimana kita sebagai bangsa hadir bermartabat. Mari mengisinya dengan menjadikannya sebagai ruang yang berbudaya,” kata Relawan Mafindo Sulawesi Selatan Erwin Saputra.
Menurut E Rizky Wulandari, dosen Ilmu Komunikasi, dalam bermedia sosial, ada cara-cara agar bisa tetap menghargai orang lain, misalnya tidak mengabaikan sopan santun, terima perbedaan pada setiap orang, mau menyimak, dan sadari batasan.
“Bagaimana cara menanggapi perbedaan opini netizen? Kenali apa yang diperdebatkan, hargai juga pendapat orang lain, jangan buru-buru emosi, gunakan bahasa yang sopan, serta jangan sebarkan hoax,” ujarnya dalam keterangan resmi.
Editor: Dini Listiyani