Wabah Virus Korona, Apple dan Google Larang Aplikasi Terkait COVID-19
CUPERTINO, iNews.id - Sejumlah perusahaan teknologi terus melakukan segala cara untuk menekan penyebaran informasi salah atau hoaks di tengah-tengah wabah virus korona. Perusahaan teknologi tersebut termasuk Apple dan Google.
Guna menjaga toko aplikasinya tetap bersih dari software yang membawa kesalahan, Apple menolak pengiriman aplikasi terkait COVID-19 atau yang juga dikenal virus korona. Apple hanya akan menerima aplikasi terkait virus korona yang berasal dari organisasi kesehatan atau pemerintah yang diakui.
Layaknya Apple, Google juga ingin tetap menjaga toko aplikasinya tetap bersih dari hoaks. Pencarian di Google Play Store untuk virus korona atau COVID-19 saat ini menghasilkan hasil nol.
Beberapa developers mengatakan kepada CNBC, Apple baru-baru ini menolak aplikasi terkiat virus mereka. Padahal masing-masing aplikasi dirancang untuk memberikan statistik khusus negara, sehingga orang bisa melihat bagaimana itu menyebar.
Aplikasi mendapatkan data mereka dari sumber resmi seperti World Health Organization (WHO). Tapi, Apple tampaknya telah memberlakukan larangan total untuk menghindari komplikasi.
Menurut Digital Trends, Sabtu (7/3/2020), Apple dilaporkan mengatakan kepada satu pengembang melalui telepon aplikasi apa pun yang terkait COVID-19 harus berasal dari sumber yang diakui secara resmi. Sementara pengembang yang lain diberitahu secara tertulis, aplikasi dengan informasi medis saat ini perlu diajukan oleh lembaga yang diakui.
Apple dan Google berada di antara banyak perusahaan teknologi yang berusaha menjaga platform mereka dari berita tidak akurat terkait COVID-19, tapi juga produk dan layanan yang berupaya memanfaatkan situasi untuk tujuan finansial.
Bos Facebook Mark Zuckerberg pekan ini mengatakan timnya fokus untuk memastikan semua orang dapat mengakses informasi yang kredibel dan akurat. Zuckerberg juga mengatakan pihaknya sedang menghapus klaim palsu dan teori konspirasi mengani virus korona.
Sementara Twitter mengatakan pihaknya berupaya meningkatkan dan memperkuat informasi kesehatan yang otoritatif sejauh mungkin. Sedangkan, Amazon mengatakan telah menghapus lebih dari satu juta produk dengan harga tak masuk akal atau membuat klaim menyesatkan mengenai virus.
Editor: Dini Listiyani