Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Viral Aurora Pink Muncul di Langit Australia, Indah Banget!
Advertisement . Scroll to see content

Waspada, Badai Matahari Bisa Picu Kiamat Internet

Sabtu, 11 September 2021 - 21:03:00 WIB
Waspada, Badai Matahari Bisa Picu Kiamat Internet
Waspada, Badai Matahari Bisa Picu Kiamat Internet (Foto: NASA Goddard))
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Matahari selalu menghujani Bumi dengan kabut partikel magnet yang dikenal sebagai angin Matahari. Untuk sebagian besar, perisai magnet Bumi menghalangi angin listrik ini untuk melakukan kerusakan nyata pada Bumi atau penghuninya alih-alih mengirim partikel itu meluncur ke kutub dan meninggalkan aurora.

Tapi kadang, setiap abad atau lebih, angin itu meningkat menjadi badai Matahari besar, dan seperti yang diperingatkann penelitian baru di konferensi komunikasi data SIGCOMM 2021, hasilnya dari cuaca luar angkasa yang ekstrem seperti itu bisa menjadi bencana besar bagi hidup modern manusia. 

Singkatnya, menurut asisten profesor di University of California, Irvine Sangeetha Abdu Jyothi menuliskan dalam papernya, badai Matahari yang parah bisa menjerumuskan dunia ke dalam kiamat internet yang menyebabkan sebagian besar masyarakat offline selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan.

"Apa yang benar-benar membuat saya berpikir tentang ini adalah bahwa dengan pandemi kita melihat betapa tidak siapnya dunia. Tidak ada protokol untuk menanganinya secara efektif, dan itu sama dengan ketahanan internet. Infrastruktur kami tidak siap untuk peristiwa matahari skala besar,"  kata Abdu Jyothi kepada WIRED.

Sebagian dari masalahnya adalah badai matahari yang ekstrem (juga disebut lontaran massa koronal) relatif jarang terjadi. Para ilmuwan memperkirakan kemungkinan cuaca luar angkasa ekstrem yang berdampak langsung ke Bumi antara 1,6 persen hingga 12 persen per dekade, sebagaimana dikutip dari Live Science. 

Dalam sejarah baru-baru ini, hanya dua badai semacam itu yang tercatat — satu pada 1859 dan yang lainnya pada 1921. Insiden sebelumnya, yang dikenal sebagai Peristiwa Carrington, menciptakan gangguan geomagnetik yang begitu parah di Bumi sehingga kabel telegraf terbakar, dan aurora — biasanya hanya terlihat di dekat kutub planet — terlihat di dekat khatulistiwa Kolombia. 

Badai yang lebih kecil juga bisa membawa pukulan; satu pada Maret 1989 membuat seluruh provinsi Quebec di Kanada padam selama 9 jam. Sejak itu, peradaban manusia menjadi jauh lebih bergantung pada internet global, dan potensi dampak badai geomagnetik besar-besaran pada infrastruktur baru itu sebagian besar masih belum dipelajari, kata Abdu Jyothi. 

Dalam makalah barunya, dia mencoba menunjukkan dengan tepat kerentanan terbesar dalam infrastruktur itu. Kabar baiknya adalah, koneksi internet lokal dan regional cenderung berisiko rendah rusak karena kabel serat optik itu sendiri tidak terpengaruh oleh arus yang diinduksi secara geomagnetik.

Namun, kabel internet bawah laut panjang yang menghubungkan benua adalah cerita yang berbeda. Kabel ini dilengkapi dengan repeater untuk meningkatkan sinyal optik, dengan jarak sekitar 30 hingga 90 mil (50 hingga 150 kilometer). Menurut paper, repeater ini rentan terhadap arus geomagnetik, dan seluruh kabel dapat menjadi tidak berguna jika bahkan satu repeater menjadi offline.

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut