Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Menag Ungkap Pentingnya Jaga Alam: Mencemari Hutan Adalah Bentuk Pengkhianatan
Advertisement . Scroll to see content

Astronom Temukan Super Earth di Zona Layak Huni

Kamis, 14 Mei 2020 - 21:03:00 WIB
Astronom Temukan Super Earth di Zona Layak Huni
Astronom temukan super earth (Foto: BGR)
Advertisement . Scroll to see content

CALIFORNIA, iNews.id - Para astronom telah menemukan sejumlah kandidat potensial planet mirip Bumi. Kini, para peneliti dari University of Canterbury, Selandia Baru menambahkan daftar planet mirip Bumi ke dalam daftar.

Planet mirip Bumi adalah exoplanet yang disebut Kepler-62f dan itu adalah anggota kelompok eksklusif Super Earth yang berada di zona layak huni dari bintang masing-masing. Namun, dalam kasus Kepler-62f, ada sejumlah pertanyaan yang masih harus dijawab sebelum dinyatakan cocok untuk kehidupan.

Pertama, hal-hal baik. Kepler-62f diyakini sebagai planet berbatuan seperti Bumi. Meskipun ukurannya lebih besar dari Bumi dan lebih kecil dari Neptunus, sebagaimana dikutip dari BGR, Kamis (14/5/2020).

Kepler-62f berada dalam zona layak huni stary inangnya, di mana suhu akan memungkinkan air cair ada di permukaannya. Tapi, planet mengorbit pada kecepatan yang jauh lebih lambat dari Bumi. Faktanya, satu tahun di Kepler-62f lebih dari 600 hari.

Bintang di pusat sistem planet ini kecil, bahkan jika dibandingkan dengan bintang kita yang berukuran terlalu kecil. Bintang itu hanya mempunyai 10 persen massa Matahari yang membantu menjelaskan orbit lambat Kepler-62f.

Fakta Kepler-62f terdengar bagus, tapi masih terlalu dini untuk merayakannya. Masih belum ada petunjuk mengenai kondisi atmosfer planet atau fitur permukaannya.

Layaknya yang dijelaskan para peneliti dalam paper mereka yang diterbitkan dalam The Astrophysical Journal, penemuan Kepler-62f dimungkinkan berkat keajaiban teknik yang disebut microlensing gravitasi. Gravitasi gabungan planet ini dan bintang inangnya menyebabkan cahaya dari bintang berlatar belakang yang lebih jauh diperbesar dengan cara tertentu.

“Kami menggunakan teleskop yang didistribusikan di seluruh dunia untuk mengukur efek pembelokkan cahaya. Untuk memiliki gagasan tentang kelangkaan deteksi, waktu yang dibutuhkan untuk mengamati pembesaran karena bintang induknya sekitar lima hari, sementara planet ini terdeteksi hanya selama distorsi kecil lima jam. Setelah mengkonfirmasi ini memang disebabkan oleh tubuh lain yang berbeda dari bintang, dan bukan kesalahan instrumental, kami melanjutkan untuk mendapatkan karakteristik sistem bintang-planet,” kata penulis utama paper Dr. Herrera Martin.

 

Editor: Dini Listiyani

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut