Black Hole Paling Lapar di Alam Semesta Makan 1 Matahari Setiap Hari

CALIFORNIA, iNews.id - Black hole yang tumbuh sangat cepat di alam semesta mempunyai ukura 34 miliar massa Matahari. Ngerinya, black hole tersebut juga sangat lapar.

Menurut laporan penelitian baru dari tim astronom internasional, black hole yang tumbuh paling cepat diketahui manusia sangat besar dan lapar. "Massa black hole juga sekitar 8.000 kali lebih besar dari lubang hitam di pusat Bima Sakti," kata Christopher Onken dari Universitas Nasional Australia.

Baca Juga

Pertama Kali, Astronom Deteksi Cahaya dari Tabrakan Black Hole

Black hole yang dikenal sebagai J2157 ternyata mempunyai 34 miliar kali massa Matahari. Black hole juga mengkonsumsi setara dengan satu Matahari setiap hari.

"Jika black hole Bima Sakti menumbuhkan lemak itu, dia harus menelan dua pertiga dari semua bintang di galaksi kita," ujar Onken sebagaimana dikutip dari Cnet, Kamis (2/7/2020).

Baca Juga

Astronom Mengukur Putaran Black Hole Menggunakan Metode Baru

Onken dan timnya menemukan black hole pada 2018 dan kagum dengan laju pertumbuhannya yang cepat. Seberapa banyak black hole yang bisa ditelan tergantung pada banyak massa yang sudah mereka miliki.

"Jadi, untuk yang satu ini menjadi bahan melahap pada tingkat tinggi, kami pikir itu bisa menjadi pemegang rekor baru. Dan, sekarang kita tahu," ujarnya.

Baca Juga

Mengenal Black Hole, Lubang Raksasa Penghisap Benda-Benda Langit

Tim menggunakan Very Large Telescope ESO, Chili untuk mendapatkan data akurat mengenai black hole. Hasilnya, muncul dalam Monthly Notices of the Royal Astronomical Society.

Beruntung, black hole miliar tahun cahaya. Berarti, para peneliti melihatnya saat alam semesta masih sangat muda. Bagaimana black hole bisa tumbuh begitu masif pada periode awal sejarah alam semesta adalah salah satu misteri menarik yang ingin dikejar tim.

Baca Juga

Black Hole Baru Ditemukan Dekat Bumi

"Apakah galaksi ini salah satu raksasa alam semesta awal. Atau apakah black hole itu menelan jumlah yang luar biasa dari lingkungannya? Kita harus terus menggali untuk mencari tahu," tanya Onken.

Editor: Dini Listiyani