Kondisi Gravitasi Nol, Bagaimana Cara Kerja Toilet di Luar Angkasa?
JAKARTA, iNews.id - Penasaran bagaimana cara kerja toilet di luar angkasa? Mengingat perjalanan ke luar angkasa sangat panjang dan berada dalam kondisi yang berbeda dengan Bumi.
"Do it in suit" menjadi kata yang membingungkan bagi astronot Alan Shepherd pada 5 Mei 1961 saat dia memberitahu tim landasan peluncuran, dia perlu buang air kecil. Shephred melakukan seperti yang diinstruksikan, buang air kecil di pakaian antariksa, menyebabkan hubungan arus pendek pada biosensor elektroniknya.
Baju antariksa Shepherd belum dilengkapi dengan sistem pengumpulan urin. Karena misinya diperkirakan tidak akan bertahan lama, sehingga dia perlu buang air kecil.
NASA tidak mengambil risiko seperti itu dengan misi John Glenn ke luar angkasa selama perjalanan orbit Merkurius pertama pada 20 Februari 1962, sebagaimana dikutip dari Space.com.
Pakaian antariksa Glenn dilengkapi sistem pengumpulan urin pertama yang berfungsi, sabuk penahan yang dapat dipakai, manset lateks yang dapat digulung, plastik tabung, katup, penjepit, dan kantong pengumpulan plastik yang akan menginformasikan sistem yang digunakan astronot pria selama program pesawat ulang-alik.
Sejak penerbangan orbital Merkurius dan program space shuttle, masa tinggal di luar angkasa menjadi lebih lama. Astronot di International Space Station (ISS) tinggal di stasiun selama enam bulan.
Era baru masa tinggal di luar angkasa sudah dekat. Artinya, astronot harus mengenakan pakaian dalam waktu lama, tidak boleh berjalan-jalan dengan pakaian dalam lembap atau kotor.
Toilet hadir dalam beberbagai bentuk di Bumi, tergantung pada kebudayaan dan lokasi geografis. Tapi, satu prinsip berlaku untuk semua toilet, pembuangan limbah bergantung pada gravitasi.
Mikrogravitasi yang dialami di luar angkasa dapat membuat proses pembuangan kotoran manusia menjadi lebih rumit dan bahkan berbahaya. Kekerangan gravitasi membuat sampah melayang dari toilet yang ada di luar angasa, yang tidak hanya berbahaya untuk kesehatan astronot, tapi bisa merusak peralatan sensitif yang ada di sana.
Artinya, dibanding harus tergantung pada gravitasi untuk membuang kotoran, toilet di luar angkasa dan spacecraft menggunakan penghisap dan aliran udara. Menurut Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA), lemahnya gravitasi membuat para astronot harus mengikatkan dirinya ke toilet saat menggunakan toilet.
Mikrogravitasi diatasi dengan banyaknya pegangan dan pijakan yang memastikan astronot tidak akan tertidur dari toilet pada saat kritis. Saat buang air kecil, astronot menempelkan corong penghisap ke kulitnya untuk mencegah kebocoran.
Menurut Associate Professor of Geology, University at Buffalo Tracy Gregg, saat tutup toilet diangkat untuk mengeluarkan benda padat, penyedotan segera dimulai untuk menurangi bau.
Editor: Dini Listiyani