Peristiwa Kepunahan Massal Kuno Terkait dengan Kerusakan Lapisan Ozon
SAN FRANCISCO, iNews.id - Asteroid selebar 1 mil tiba di Bumi sekitar 66 juta tahun lalu. Asteroid tersebut memusnahkan sekitar 75 persen semua spesies di Bumi.
Tapi jauh sebelum asteroid selebar 1 mil menghantam Bumi, peristiwa kepunahan massal 360 juta tahun lalu memusnahkan sebagian besar tanaman dan kehidupan air di Bumi. Kini, para peneliti berpendapat mereka tahu apa yang terjadi dan semuanya ada hubungan dengan lapisan ozon yang rusak.
Dalam sebuah paper baru yang diterbitkan di Science Advances, para peneliti memecahkan kepunahan massal yang sebelumnya tidak dapat dijelaskan. Mengetahui peristiwa itu memusnahkan kehidupan air tawar dan tanaman, memberi para ilmuwan beberapa petunjuk.
Tapi, petunjuk itu berasal dari penemuan di bebatuan yang dikumpulkan dari berbagai lokasi yang ada di seluruh dunia. Saat peneliti memproses batu-batu, mereka menemukan spora tanaman mikroskopis, sebagaimana dikutip dari BGR, Jumat (29/5/2020).
Spora seperti inilah yang memungkinkan tanaman purba mereproduksi. Namun, tidak semua spora tampak sama. Beberapa spora terlihat normal dan sehat pada saat mereka dilindungi. Sementara yang lainnya rusak.
Dalam membandingkan kedua kelompok spora, para peneliti menemukan spesimen yang rusak kemungkinan telah dirusak oleh sinar ultraviolet yang intens membakar DNA mereka dan membuatnya tidak berbentuk. Ini, kata peneliti, adalah bukti kerusakan dramatis dan cepat lapisan ozon Bumi yang biasanya melindungi manusia dari radiasi UV.
Jenis kerusakan pada lapisan ozon telah diamati di masa lalu. Tapi, secara historis dikatikan dengan peningkatan aktivitas vulkanik. Dalam kasus ini, gunung berapi tampaknya tidak berperan.
Kendati demikian, para peneliti percaya iklim yang cepat memanas setelah zaman es adalah pemicunya. Kondisi ini cukup mengkhawatirkan karena iklim saat ini di tengah-tengah pemanasan cepat.
“Yang penting, kepunahan massal terestrial batas Devonian-Carboniferous bertepatan dengan pemanasan iklim besar yang mengakhiri siklus glasial akhir intens dari zaman es Devon terbaru,” kata peneliti.
Editor: Dini Listiyani