Waspada, Gambar Teleskop Hubble Disalahgunakan untuk Distribusi Malware
JAKARTA, iNews.id - Teleskop James Webb NASA mengambil salah satu gambar infrared paling tajam dari alam semesta yang jauh hingga saat ini. Foto menunjukkan gugusan galaksi yang terperinci.
Ironisnya, foto yang dimaksud digunakan aktor jahat untuk menginfeksi sistem dengan malware. Platform analitik keamanan Securonix telah mengidentifikasi kampanye malware baru yang menggunakan gambar itu dan perusahaan menyebutnya GO#WEBBFUSCATOR.
Serangan dimulai dengan email phishing yang berisi lampiran Microsoft Office. Tersembunyi di dalam metadata dokumen adalah URL yang mengunduh file dengan skrip, yang berjalan jika makro Word tertentu diaktifkan.
Pada gilirannya, mengunduh salinan foto First Deep Field Webb yang berisi kode berbahaya yang menyamar sebagai sertifikat. Dalam laporannya tentang kampanye tersebut, perusahaan mengatakan semua program anti-virus tidak dapat mendeteksi kode berbahaya dalam gambar.
Wakil Presiden Securonix Augusto Barros mengatakan kepada Popular Science ada beberapa kemungkinan alasan mengapa aktor jahat memilih untuk menggunakan foto populer James Webb. Salah satunya adalah gambar resolusi tinggi yang dirilis NASA datang dalam ukuran file yang sangat besar dan dapat menghindari kecurigaan dalam hal itu.
Bahkan, jika program anti-malware menandainya, pengulas mungkin mengabaikannya karena telah dibagikan secara luas di online dalam beberapa bulan terakhir.
Hal menarik lainnya yang perlu diperhatikan tentang kampanye ini adalah dia menggunakan Golang, bahasa pemrograman sumber terbuka Google untuk malware-nya. Securonix mengatakan malware berbasis Golang semakin populer, karena mereka memiliki dukungan lintas platform yang fleksibel dan lebih sulit untuk dianalisis dan direkayasa balik daripada malware berdasarkan bahasa pemrograman lain.
Seperti kampanye malware lainnya yang dimulai dengan email phishing, cara terbaik untuk menghindari menjadi korban serangan ini adalah dengan menghindari mengunduh lampiran dari sumber yang tidak tepercaya.
Editor: Dini Listiyani