Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Prabowo Bangga Ada Eks OB yang Kini Berpenghasilan Rp120 Miliar: Nggak Nyolong, Nggak Korupsi!
Advertisement . Scroll to see content

Yuk Atur Gaya Hidup Sesuai Penghasilan sejak Dini, Ini Alasannya

Rabu, 05 Mei 2021 - 21:21:00 WIB
Yuk Atur Gaya Hidup Sesuai Penghasilan sejak Dini, Ini Alasannya
Mengatur gaya hidup sesuai penghasilan (Foto: money management)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Mengelola keuangan untuk sehari-hari memang tidak mudah. Jika salah dalam mengatur pengeluaran untuk gaya hidup, alhasil penghasilan tiap bulan akan habis tanpa kejelasan. 

Disarankan, Anda dapat mengatur gaya hidup sesuai dengan penghasilan. Sebab, berdasarkan survei sebanyak 1 dari 5 karyawan mengalami stres di tempat kerja, bukan karena beban kerja, tetapi karena masalah keuangan. 

Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat mengungkapkan, salah satu alasan menurunnya produktivitas kerja karyawan adalah masalah keuangan pribadi yang menjadi beban pikiran sehari-hari sehingga menyebabkan stres.

Stres yang dialami karyawan kemudian menimbulkan masalah kesehatan seperti sakit kepala berkepanjangan, kelelahan, dan depresi yang membuat izin sakit (sick days) karyawan meningkat dua kali lipat.

Menyediakan kesempatan belajar literasi keuangan bagi karyawan, menjadi salah satu upaya perusahaan untuk meningkatkan produktivitas dan kinerja karyawan untuk menjadikan karyawan yang lebih berdaya secara finansial.

Sejalan dengan Hari Pendidikan Nasional, QM Financial sebagai Your Financial Learning Partner, mengajak korporasi di Indonesia untuk meningkatkan financial intelligence sebagai upaya mewujudkan karyawan yang berdaya secara finansial.

Lead Financial Trainer QM Financial Ligwina Hananto mengatakan, QM Financial ingin mewujudkan masyarakat (personal, UMKM, lembaga dan korporasi) yang memiliki keterampilan literasi keuangan agar berdaya secara finansial.

Berdasarkan survei korporat yang dilakukan oleh QM Financial untuk karyawan di beberapa perusahaan, diketahui, sebanyak 51 persen karyawan merasa penghasilannya kurang dan 45,5 persen karyawan tidak siap pensiun.

Sementara dari sisi korporat, 87,5 persen korporat menyatakan membutuhkan program edukasi keuangan bagi karyawannya, terutama untuk menyadarkan karyawan agar dapat menjalani gaya hidup sesuai penghasilan. 

"Untuk itu, QM Financial menyarankan karyawan juga memiliki financial intelligence yaitu pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk mewujudkan finansial yang sehat, sebagai hal yang sama pentingnya seperti Intelligence Quotient, Emotional Quotient dan Spiritual Quotient," kata Ligwina Hananto, melalui keterangan virtualnya belum lama ini.

FDV Wulansari, Financial Trainer QM Financial mengatakan, financial intelligence bertujuan untuk mewujudkan kondisi finansial yang sehat. Karyawan bisa dikatakan telah sehat secara finansial apabila mereka sudah memiliki dan mengelola penghasilan untuk memenuhi kebutuhan saat ini dan masa depan, dapat mengelola utang dengan baik, siap menghadapi kondisi darurat pribadi, mampu pensiun dengan nyaman, dan tangguh menghadapi krisis finansial.

Lebih lanjut FDV Wulansari menjelaskan, terdapat 3 fase karier karyawan di perusahaan khususnya dalam mengelola gaji.

Pertama adalah fase recruit yaitu ketika karyawan bergabung dengan perusahaan. Di fase ini, masalah yang umum terjadi adalah karyawan tidak paham mengenai benefit perusahan, mengalami euforia gaji pertama sehingga lebih boros, dan terlibat utang konsumtif. 

"Maka, karyawan perlu dibekali dengan keterampilan untuk melakukan pengelolaan gaji, mengenal benefit dari perusahaan, dan bijak berutang," kata Wulansari.

Fase kedua adalah retain yaitu fase ketika karyawan mulai memasuki level karier yang mapan. Pada fase ini, masalah yang umum terjadi adalah karyawan tidak optimal memanfaatkan kenaikan gaji yang diberikan perusahaan, belum mengenal produk investasi, dan tidak paham pentingnya aspek proteksi.

Maka, karyawan perlu dibekali dengan keterampilan untuk mulai menghitung tujuan finansial, mengenal produk investasi, dan membuat rencana keuangan yang komprehensif.

Fase terakhir adalah retreat, saat karyawan memulai persiapan transisi menuju pensiun. Di fase ini, sebagian besar karyawan merasa tidak siap pensiun. Maka, karyawan perlu dibekali dengan keterampilan untuk menyiapkan aset aktif dan mengelola keuangan di masa pensiun. Untuk bisa menjalani setiap fase dengan baik, karyawan membutuhkan financial intelligence.

Dudi Arisandi selaku Chief People Officer tiket.com mengatakan, dia percaya kesehatan finansial karyawan adalah kunci kesehatan finansial organisasi. 

"Kami merasakan secara langsung adanya peningkatan produktivitas kerja karyawan saat kami lebih memerhatikan kesehatan finansial mereka dengan menyediakan program edukasi pengelolaan keuangan," kata dia.

Dudi Arisandi menambahkan, kesehatan dan kesejahteraan karyawan menjadi hal terpenting bagi perusahaan terutama sejak pandemi Covid-19. Kesehatan fisik dan mental seringkali terjadi karena adanya isu finansial. 

“tiket.com berkomitmen untuk menjadikan karyawan yang bahagia dan berdaya khususnya secara finansial. Anak muda zaman sekarang memiliki privilege berupa akses informasi yang jauh lebih luas dibanding generasi sebelumnya. Mereka bisa belajar dari mana saja, termasuk program edukasi finansial dari QM Financial yang berbasis digital sehingga tidak terbatas pada ruang, jarak, dan waktu. Jika hal ini dimanfaatkan dengan baik, masyarakat bisa berdaya secara finansial sejak masih muda," tutur Dudi Arisandi.

Editor: Vien Dimyati

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut