Bangkitkan Wisata Arung Jeram, Pelaku Usaha Simulasi Penerapan CHSE di Sungai Elo
Menurutnya, ada tiga aspek yang harus dimiliki operator wisata arung jeram agar mendapat kepercayaan masyarakat. Selain penerapan protokol kesehatan CHSE, para pemandu juga harus mempunyai sertifikasi kerja SKKNI serta perusahaannya juga harus berizin dan memiliki TDUP (Tanda Daftar Usaha Pariwisata).
“Dengan ketiga aspek itu barulah kabupaten Magelang dapat menjadi destinasi wisata arung jeram yang berstandar global," kata Itok.
Ketua Umum FAJI, Amalia Yunita mengatakan, hingga saat ini operator arung jeram yang terdata di FAJI terdapat di 17 provinsi pada 60 sungai dengan 187 oerator.
Sebagai pemilik operator arung jeram di Citarik Sukabumi, Jawa Barat, Amalia Yunita menyadari, penerapan standar protokol kesehatan CHSE ini tidaklah mudah, perlu pengawasan dan konsistensi. Tetapi demi keselamatan dan sumber pekerjaan untuk kehidupan banyak orang, makanya wajib diterapkan.
“Arung jeram saat ini memiliki situasi ketidakpastian yang tinggi, saya harap para operator yang merupakan para petualang sudah siap menghadapi situasi ketidakpastian pandemi saat ini. Dengan melakukan modifikasi marketing, penyesuaian harga paket dengan daya beli pasar, peningkatan kapasitas diri operator melalui standar panduan new normal dan terus meningkatkan kualitas produk. Saya yakin seluruh operator arung jeram dapat melalui tantangan di masa pandemi ini," kata pemilik usaha arung jeram Arus Liar dan Bravo Glamping ini.
Pada pemaparan selanjutnya yang disampaikan oleh Siswo Putranto, dokter yang suka kegiatan bertualang ini mengatakan, virus Covid-19 tidak menular melalui air tetapi lewat pernafasan. Maka itu yang perlu dilakukan adalah memakai masker dan menjaga jarak sosial minimal 1 meter.
“Untungnya di kegiatan arung jeram kita berada di alam terbuka dan di atas arus air. Seandainya ada virus maka akan menjadi encer saat di air dan selanjutnya yang kita perlukan adalah menjaga jarak saat duduk di atas perahu yang biasanya diisi 6 orang menjadi 4 orang saja," kata dokter Chico ini.
Dokter yang bertugas di RS UKI ini juga menekankan disiplin memakai masker saat di darat. “Saat briefing dititik start pengarungan hingga duduk di perahu, peserta dan pemandu harus tetap memakai masker, namun saat pengarungan tidak perlu memakai masker, karena masker akan menutupi jalan pernafasan, sehingga saat darurat peserta tercebur di air, hidung dan mulut yang tertutup masker akan menimbulkan efek terganggu dan bisa menimbulkan kepanikan pada peserta," kata dia.
“Masker dapat disimpan di dalam wadah plastik berklip agar terjaga dan tetap kering saat dipakai kembali di darat, saat beristirahat maupun kembali ke darat saat finish," ujarnya.
Editor: Vien Dimyati