Dulunya Gua di Yogya Ini Tempat Persembunyian Pangeran Diponegoro, Kini Jadi Wisata Populer
Markas besar Pangeran Diponegoro di Gua Selarong dipimpin oleh lima serangkai yang terdiri dari Pangeran Diponegoro sebagai ketua markas, Pangeran Mangkubumi merupakan anggota tertua sebagai penasihat dan pengurus rumah tangga, Pangeran Angabei Jayakusuma sebagai panglima pengatur siasat dan penasihat di medan perang, Alibasah Sentot Prawirodirjo yang sejak kecil dididik di Istana dan setelah perang Diponegoro bergabung dengan Pangeran Diponegoro dan Kyai Modjo sebagai penasihat rohani pasukan Pangeran Diponegoro.
Pada 7 Agustus 1825, pasukan Diponegoro dengan kekuatan sekitar 6.000 orang menyerbu negara Yogyakarta dan berhasil merebutnya dari Belanda. Meski demikian, Pangeran Diponegoro tidak menduduki Kota Yogyakarta, hanya saja Sultan Hamengkubuwono V berhasil diselamatkan dan diamankan di Benteng Vredeburg dengan pengawalan ketat dari keraton.
Sempat frustasi terhadap serangan yang dilancarkan pasukan Diponegoro, pihak Belanda mencoba mengirim surat untuk menawarkan perdamaian. Namun, dengan tegas Pangeran Diponegoro menolaknya.
Karena penolakan itu, Jenderal De Kock memerintahkan Presiden Chevallier beserta pasukannya untuk menyerang Selarong. Namun , selalu gagal karena pasukan Diponegoro sudah berpencar di berbagai daerah.
Menurut cerita Babad Tanah Jawa, selanjutnya Pangeran Diponegoro mendirikan markas di Dekso yang berlangsung kurang lebih 10 bulan dari 4 November 1825 sampai dengan 4 Agustus 1826.
Saat ini, Gua Selarong lebih dikenal sebagai salah satu objek wisata alam dan religi. Selain sebagai tempat tujuan mengirim persembahan dan doa, di sekitar Gua Selarong juga terdapat air terjun yang bisa memanjangkan mata.
Editor: Vien Dimyati