Kampung Unik di Banten, Singgah ke Desa Pedalaman Tanpa Listrik, Suasananya Alami seperti Tahun 80-an
JAKARTA, iNews.id - Kampung unik di Banten sangat menarik untuk dijelajahi. Terutama jika singgah ke salah satu desanya yang masih masih alami tidak terkontaminasi dari dunia luar, dijamin akan membuat siapa saja penasaran.
Ya, Banten dikenal memiliki banyak objek wisata menakjubkan untuk dijelajahi. Anda bisa menikmati wisata alam, budaya, hingga religi yang hingga kini masih eksis.
Salah satu wisata budaya yang paling menarik perhatian wisatawan luar daerah adalah mengunjungi Desa Saba Budaya, Baduy. Keunikan desa ini adalah penduduk yang tinggal di kawasan sekitar adalah sub-etnis asli suku Sunda yang dalam bahasa sunda disebut dengan Urang Kanekes atau Badui. Mereka tinggal di wilayah pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.
Penasaran ingin tahu seperti apa suasana pedesaan di pedalaman Tanah Sunda ini? Berikut ulasannya dirangkum pada Kamis (4/5/2023).
Perlu diketahui, populasi masyarakat Badui ada 26.000 jiwa. Desa ini terletak di ketinggian 300-600 meter di atas permukaan laut (mdpl). Sejauh mata memandang, Anda dapat menikmati pemandangan alam berupa perbukitan dan perkebunan yang indah dan menyejukkan. Masyarakat di desa ini masih menggantungkan berbagai sumber makanan serta keperluan lainnya dari alam sekitar.
Menariknya, di tengah-tengan zaman modern seperti saat ini masyarakat Badui terkenal menutup diri dari dunia luar, terlebih suku Badui dalam. Mereka belum terpengaruhi oleh mondernisasi dan masih memegang teguh aturan-aturan adat sukunya.
Masyarakat Badui hingga kini juga masih mempertahankan, bangunan rumah tradisional yang menggunakan material alami yang disebut dengan Sulah Nyanda. Rumah adat ini menggunakan material alami seperti, kayu dan bambu. Dalam pembuatannya, juga dilakukan secara gotong royong. Menariknya lagi, rumah adatnya dibangun mengikuti kontur tanah.
Hal ini berkaitan dengan aturan adat yang mengharuskan setiap masyarakat yang ingin membangun rumah tidak merusak alam sekitar demi membangun suatu bangunan. Rumah adat Sulah Nyanda dibagi dalam tiga ruangan yaitu bagian sosoro (depan), tepas (tengah) dan ipah (belakang). Masing-masing ruangan berfungsi sesuai dengan rencana pembuatan.