Kampung Unik di Nias, Pria Dianggap Dewasa jika Bisa Lompati Batu Setinggi 2 Meter
JAKARTA, iNews.id - Kampung unik di Nias wajib dijelajahi bagi Anda yang menyukai wisata pemandangan alam. Terutama jika singgah ke Desa Hilisimaetano di sini para penduduk masih melestarikan adat dan istiadat nenek moyang.
Desa Hilisimaetano, baru-baru ini masuk dalam desa wisata yang terletak di Maniamolo, Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara. Dengan masuknya Desa Hilisimaetano sebagai desa wisata, memberikan pilihan tempat wisata yang beragam, saat berkunjung ke Sumatera Utara.
Penasaran seperti apa keunikan dari kampung unik di Nias ini? Berikut ulasannya dirangkum pada Jumat (24/2/2023).
Ada yang unik dari kampung di Nias ini, pasalnya masyarakat setempat masih menjaga peninggalan zaman purba berupa Batu Megalitik, yang ada di jalan masuk desa. Tak hanya itu, wisatawan yang datang berkunjung ke Desa Hilisimaetano akan dibuat takjub dengan tatanan rumah adatnya yang masih terpelihara. Berbagai kebudayaan masyarakat setempat juga masih kerap digelar hingga saat ini. Seperti Atraksi Budaya Famadaya Harimao, Maluaya (Tari Perang), Hoho, Fogale, dan Fo'ere.
Adapun salah satu tradisi yang sangat fenomenal di desa ini adalah Fahombo Batu atau lompat batu. Tradisi Fahombo merupakan seni ketangkasan, di mana para pemuda yang ingin menjadi ksatria desa harus bisa melompati batu yang memiliki tinggi sekitar dua meter. Sejak dini, anak-anak sudah dilatih secara rutin untuk melakukan Fahombo dengan replika batu yang lebih kecil.
Desa Adat Tertua
Desa Hilisimaetano menjadi desa adat tertua yang ada di Kepulauan Nias. Masyarakat adat bahkan masih mempertahankan dan menjalankan sistem adat yang ada. Para Si’ulu (bangsawan) masih berfungsi sebagai pemangku kepemimpinan adat. Si’ila (cendekiawan) menjadi tetua adat sebagai pemberi pertimbangan kepada bangsawan dan Sato/Fa’abanuasa (masyarakat umum) masih bekerjasama untuk menjaga Lakhomi mbanua atau marwah desa.
Sedangkan dalam aspek religi, Desa Hilisimaetano menjadi pusat penyebaran injil yang ada di Nias Selatan. Wisatawan dapat menemukan peninggalan bangunan para misionaris yang masih berdiri kokoh di desa tersebut.