Kampung Unik di Sumatera Barat, Perempuan Ingin Tampil Cantik Akan Runcingkan Gigi
Dilakukan oleh profesional
Adapun proses kerik gigi harus dilakukan oleh orang yang sudah profesional, dalam artian tidak sembarangan bisa melakukannya. Biasanya tradisi ini dikerik oleh ketua adat, alat yang digunakan adalah besi atau kayu yang sangat tajam. Nantinya, satu persatu gigi wanita yang sudah menikah itu akan dikerik hingga runcing. Menariknya lagi, proses tersebut dilakukan begitu saja, tanpa adanya pembiusan atau diberi obat pereda nyeri lebih dulu.
Sementara, untuk waktu pengerikan gigi, dilakukan sekitar 30 menit. Wanita yang giginya dikerik harus menahan rasa sakit
dengan mengigit pisang hijau. Dari menahan sakit ini juga diyakini sebagai proses penemuan jati diri.
Hampir punah
Seiring pergantian zaman, kini tradisi kerik gigi oleh wanita Suku Mentawai tidak lagi diwajibkan seperti dulu. Hal itu berkaitan, karena dibutuhkan juga persetujuan antara si wanita dengan pelaksana ritual. Tradisi ini mulai ditinggalkan oleh wanita suku Mentawai yang sudah mengenal agama.
Agama yang dianut antara lain Kristen Protestan, Kristen Katolik dan Islam. Meski demikian, ada beberapa dari mereka yang tetap menganut Sabulungan. Maka bagi mereka yang masih menganut Sabulungan, diwajibkan melakukan tradisi kerik gigi ini untuk tetap melanjutkan tradisi dalam kepercayaan mereka.
Para wanita Suku Mentawai ini meyakini, jika tradisi kerik gigi akan menghindarkan seseorang dari enam sifat buruk manusia, atau biasa disebut “Sad Ripu”. Serta wanita yang telah melakukan tradisi tersebut diharapkan memiliki keteguhan dan kesabaran yang berlawanan dari enam sifat buruk manusia.
Itulah seputar tradisi kerik gigi di Kepulauan Mentawai yang sangat fenomenal.
Editor: Vien Dimyati