Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Libur Imlek, Warga Antusias Datangi Festival Pecinan di TMII
Advertisement . Scroll to see content

Menelusuri Kampung China di Manado Membawa Pengunjung ke Masa Lalu 

Minggu, 23 Mei 2021 - 20:38:00 WIB
Menelusuri Kampung China di Manado Membawa Pengunjung ke Masa Lalu 
Kawasan pecinan atau kampung China menjadi destinasi wisata kota di Manado, Sulawesi Utara. (Foto: Subhan Sabu) 
Advertisement . Scroll to see content

Budayawan Tionghoa Sofyan Jimmy Yosadi menggatakan kawasan Kampung China ini sejak ratusan tahun sudah ada di daerah Kota Manado atau dulunya disebut Wenang. Awalnya kawasan ini masih berupa rawa-rawa, dibangun di belakang Benteng Fort Amsterdam yang didirikan bangsa Portugis dan Spanyol kemudian dilanjutkan oleh pemerintah Hindia Belanda yang namanya diubah menjadi benteng Fort Nieuw Amsterdam (Amsterdam Baru). 

"Kemudian di belakang benteng oleh pemerintah Hindia Belanda dibangun pemukiman-pemukiman berdasarkan etnis. Ada China, Arab, termasuk Minahasa. Gunanya untuk mudah mengontrol sehingga pemerintah Hindia Belanda di mana-mana sejak Batavia sampai di beberapa daerah di nusantara adalah untuk mengontrol  jadi dikumpulkan, sehingga di belakang benteng Ini lahirlah apa yang disebut pemukiman khusus warga Tionghoa yang namanya Kampung China di sebelahnya ada kampung Arab ada juga disebut dengan Kampung Tomohon dan ada bantik dan sebagainya," tutur Sofyan Jimmy Yosadi, Minggu (23/5/2021). 

Sejak ratusan tahun itu kemudian ada kawasan yang rmerupakan kumpulan orang-orang Tionghoa dan dari sinilah kemudian dibangun Klenteng pertama di tanah Minahasa, Sulawesi Utara yang namanya adalah klenteng ban Hin Kiong. Kemudian kurang lebih catatan sejarahnya, artefak yang ada di dalam dokumen itu Klenteng ini dibangun pada 1700-an, tapi kemudian mengalami beberapa renovasi pembaruan kemudian renovasi yang paling besar-besaran itu ada pada 1918. 

"Di sini ada pemimpin-pemimpin bangsa Tionghoa yang namanya kapiten China atau leutenant China yang juga merupakan pemimpin pemimpin yang Belanda dipilih untuk mengontrol orang-orang ini termasuk pajak - pajak dan akhirnya dibuatkan juga satu dewan yang namanya konghuan itu untuk mengelola klenteng Ban Hin Kiong dalam tata cara upacara," kata Sofyan. 

Dari sinilah kemudian mulai bermukim banyak pendatang pendatang yang dari Tiongkok datang berbondong-bondong menetap di sini kemudian mulai menyebar dan sampailah pada saat ini kawasan ini masih disebut dengan Kampung Cina karena baik dari struktur bangunan maupun juga kemudian dibangun kelenteng-kelenteng berikutnya. 

Di Kampung China kurang lebih ada lima klenteng. Kemudian berkembang pada 1955 dan dibangun lagi beberapa klenteng lain termasuk Klenteng Kong Zi Miao dibangun pada 2018 yang diperluas walaupun sudah ditempati sejak 1984. 

"Kawasan kampung China sendiri sudah boleh dikata tidak lagi orang Tionghoa semua karena sudah akulturasi. di sini ada orang Arab yang tinggal ada orang Minahasa sudah campur baur, bahkan sudah terjadi asimilasi, kawin-mawin antar sesama etnis, jadi boleh dikata namanya saja Kampung Cina tapi walaupun masih ada 60 sampai 70 persen orang-orang Cina atau orang Tionghoa tapi boleh dikata sudah banyak juga orang lain yang bukan orang Tionghoa yang ada di kawasan ini," ujar Sofyan.

Editor: Dani M Dahwilani

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut