Mengenal Keunikan Gereja Santa Maria de Fatima di Pecinan Jakarta, kini Jadi Tempat Wisata
Bentuk ornamen Tionghoa pada gereja Santa Maria de Fatima didominasi oleh garis-garis yang melengkung. Garis- garis melengkung tersebut menimbulkan kesan dinamis dan tidak terlihat kaku.
Pada bagian atap, tertera banyak tulisan dalam bahasa mandarin yang memohon kebaikan dan keberuntungan. Salah satunya adalah tulisan yang terdapat pada atap bagian depan gereja Santa Maria de Fatima, yang bertuliskan Li Fu yang berarti keberuntungan dan Xiang Tang, yang tidak menunjukkan arti apa pun. Bangunan gereja dibangun pada abad ke-19 dan ditetapkan sebagai cagar budaya pada tahun 1972.
Awal mula dibangun gereja
Tujuan awal dibangunnya Gereja Santa Maria adalah saat adanya tugas pelayanan dan pewartaan dari Vikaris Apostolik Jakarta, Mgr. Adrianus Djajasapoetra SJ kepada Pater Wilhelmus Krause Van Eeden SJ. Selain digunakan sebagai tempat ibadah, bangunan ini juga dijadikan sekolah, sekaligus asrama bagi orang-orang Hoakiau (China Perantau) yang berada di sekitar Glodok.
Pada 1953, dibeli sebidang tanah dengan luas 1 hektare untuk dijadikan kompleks gereja dan sekolah dari seorang kapitan (lurah yang berkuasa di daerah pecinan, masa itu) bermarga Tjioe, pada tahun 1954 tanah dan bangunan itu resmi menjadi milik gereja. Pada tahun 1955, bangunan ini resmi dijadikan sebagai gereja Katolik.
Editor: Vien Dimyati