Mengenal Sertifikat Sustainable Tourism sebagai Pengontrol Kepariwisataan
Dia menambahkan, keunikan budaya masyarakat Indonesia masih dapat dijumpai di desa-desa. Maka, sangat tepat bila perhatian pembangunan kepariwisataan difokuskan pada desa atau desa wisata yang ada di sekitar desinasi pariwisata.
Sementara itu, Heriyanti Ongkodharma dari Universitas Indonesia menilai, masyarakat pedesaan menjadi benteng terakhir dalam mempertahankan ‘wajah kebudayaan’ masyarakat Indonesia.
"Pembangunan kepariwisataan harus menjaga dan melestarikan budaya masyarakat setempat. Oleh karena itu, perlu diberlakukan ‘Amdal Budaya," kata Heriyanti.
Hal senada juga disampaikan Pudentia selaku Ketua Asosiasi Tradisi Lisan (Pakar Tradisi Lisan). Menurutnya, tradisi lisan sebagai produk kebudayaan masyarakat menjadi salah satu daya tarik pariwisata. "Tradisi lisan menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan,” katanya.
Dia mencontohkan, salah satu keberhasilan sektor pariwisata Malaysia yakni sukses menggembangkan tradisi lisan Suku Dayak yang unik dan menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung ke negara bagian Sabah dan Serawak Malaysia.
Sementara, Janianton Damanik selaku perwakilan dari Pusat Studi Pariwisata Universitas Gadjah Mada menilai, pembangunan pariwisata telah menciptakan perubahaan ekonomi dan ekologi di lingkungan masyarakat.
Menurutnya, telah terjadi lompatan terlalu cepat, sehingga banyak masyarakat setempat tidak siap. Mulai dari sebelumnya memiliki budaya berbasis agraris, kemudian harus cepat beralih ke budaya industri jasa.
Dalam berbagai kesempatan Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya menegaskan, pengembangan kepariwisataan berkelanjutan atau (Sustainable Tourism Development/STDev) mengacu pada standar global UNWTO dan GSTC (Global Sustainable Tourism Council).
Dalam standar GSTC mempertimbangkan tiga aspek utama yaitu aspek sosial, lingkungan, dan ekonomi baik untuk saat ini maupun masa depan dengan pendekatan pada 3P (People, Planet, Prosperity) dan Management.