Mengenal Wisata Gorontalo, Ada Kolam Air Panas Lombongo dan Burung Langka Maleo

Pada kesempatan itu, Menpar beserta para pejabat Kemenpar lain, melakukan penanaman pohon yang disebut sebagai pohon asuh. Setelah itu, Menpar melakukan pelepasliaran burung Maleo.
Burung Maleo merupakan endemik khas Sulawesi yang memiliki sifat loyal dan setia, mandiri serta memiliki produktivitas yang tinggi. Burung Maleo berkembang biak dengan cara bertelur, ukurannya enam kali lebih besar dibanding telur ayam. Istimewanya, sejak ditetaskan hingga menetas dari telur, anak burung Maleo sudah hidup mandiri.
Penggiat wisata di Lombongo melakukan penyelamatan terhadap telur burung Maleo. Biasanya telur dapat ditemukan di kedalaman tanah sekitar 200 meter, lalu masyarakat sekitar melakukan tindak penyelamatan berupa konservasi sehingga telur terhindar dari serangan predator. Biasanya, masyarakat pelaku konservasi juga melakukan pelepasliaran hewan ini.
"Atraksi di Gorontalo sangat menarik. Sejak kemarin, saya telah menyaksikan tarian dan nyanyian yang sangat apik. Selain itu, wisata alamnya juga unik, Lombongo merupakan salah satunya," ujar Menpar usai melakukan pelepasliaran burung Maleo.
Sementara itu, Bupati Bone Bolango, Hamim Puo mengatakan, pihaknya berharap agar kedatangan Menpar dapat menjadi salah satu faktor pendorong pengembangan pariwisata di Gorontalo.
"Menpar telah melihat sendiri salah satu hewan endemik Sulawesi yakni burung Maleo. Sebenarnya masih banyak lagi hewan endemik yang bisa disaksikan di sini antara lain hiu paus, monyet Gorontalo, kuskus beruang Sulawesi, babi rusa, dan lain-lain. Kekayaan floranya juga luar biasa. Maka kami bisa mengatakan dengan bangga bahwa Gorontalo sudah siap dikunjungi wisatawan," ujarnya.
Editor: Vien Dimyati