Mengintip Kemegahan Terowongan Niyama Tulungagung yang Kini Terabaikan dan Tak Terawat
TULUNGAGUNG, iNews.id - Ada banyak tempat menarik di Tulungagung yang bisa di jelajahi wisatawan. Salah satu yang menarik perhatian banyak orang adalah Terowongan Niyama yang fenomenal.
Pembuatan Terowongan Niyama Tulungagung semasa penjajahan Jepang diwarnai dengan kisah kelam. Sayang pasca kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, terowongan ini kurang terawat begitu maksimal. Hasilnya terowongan yang sedianya mampu mengendalikan air dan mengelola sistem pengairan di Tulungagung pun terbengkalai.
Sejarawan Tulungagung Latif Kusairi menyebut, sebenarnya terowongan ini difungsikan untuk mengelola aliran air untuk persawahan warga. Tercatat pasca dibuka pada Juli 1944, sebanyak 16.000 hektare tanah di wilayah di Campurdarat menjadi sawah yang subur.
“Sayang setelah kemerdekaan, Terowongan Niyama ini tidak dirawat dengan baik sehingga terjadi pendangkalan. Hasilnya pada 1955 Tulungagung kembali dilanda banjir besar, jadi tahun 1955 itu di Tulungagung banyak yang tidak melakukan pemilu,” kata Latif dikonfirmasi pada Senin (15/8/2022).
Pendangkalan ini yang membuat peristiwa banjir terus menerus terjadi setiap tahunnya di Kabupaten Tulungagung. Alhasil menyadari hal itu, perbaikan terowongan pun sempat dilakukan di masa orde baru di bawah Presiden Soeharto, sebab saat itu terowongan tak mampu lagi menampung debit air. Namun, bukannya memperbaiki terowongan yang sudah ada, justru pemerintah kala itu membangun terowongan baru tak jauh dari Terowongan Niyama buatan Jepang.
“Proyek perbaikan terowongan pun akhirnya dimulai sejak tahun 1979 – 1986, saat itu proyek besar, tapi sayangnya daripada memperbaiki terowongan aslinya, akhirnya membuat terowongan yang debitnya lebih besar,” ujar dia.
Usai pembangunan Terowongan Niyama ‘baru’ ini selesai dibangun, pemerintah orde baru mencoba mengubah nama ‘Niyama’ menjadi Terowongan Sukamakmur. Hal ini terjadi karena pemerintah Orba menganggap nama ‘Niyama’ identik dengan Jepang, dan memicu histori kelam di masa lampau yang kembali.
“Pada tahun 1980-an itu pemerintah kan membangun terowongan lagi tak jauh dari Terowongan Niyama yang asli. Sementara Terowongan Niyama yang asli itu tidak terawat dan tidak digunakan hingga sekarang. Tapi nama daerah itu masih dinamakan Niyama, meski ada upaya menggantinya menjadi Sukamakmur,” kata pria kelahiran Tulungagung ini.