Menikmati Auckland: antara Albert Park, Buku, dan Kafe yang Berakhir Senja
Menghargai Buku
Ada pepatah bilang kota yang menghargai buku dan manusia adalah ciri kota modern yang beradab. Di Auckland, lebih mudah mencari buku daripada handphone.
Toko buku tersebar di setiap spot pusat belanja. Perpustakaan umum di kota ini banyak dengan fasilitas lengkap.

Buku sudah menjadi bagian dari denyut nadi warga Auckland. Masyarakat Auckland menghabiskan 70 buku dalam setahun artinya mereka membaca sekitar 5 hingga 6 buku dalam sebulan. Wajar jika toko buku selalu penuh dan perpustakaan ramai.
Warga Auckland ataupun mereka yang menetap di kota ini mendapat prioritas utama dari otoritas setempat. Fasilitas-fasilitas umum yang disediakan didesain untuk beragam kalangan, sehingga semua mempunyai hak dan kesempatan yang sama.
Fasilitas umum, kampus, dan gedung-gedung yang ada di Auckland memberi tempat khusus untuk penyandang disabilitas. Toilet dan lift misalnya, selalu disediakan untuk mereka.
Sementara di perpustakaan umum, program untuk anak-anak dan orang tua disiapkan. Mereka boleh membaca, menonton, dan melakukan kegiatan apa saja di perpustakaan.

Trotoar di kota Auckland lebih lebar dari jalan raya. Sepanjang ada jalan, sepanjang itulah trotoar ada. Pejalan kaki mendapat tempat lebih tinggi dibanding pengendara, orang yang menyebrang lebih didahulukan daripada pengendara kendaraan.
Jika ada kegiatan perbaikan jalan atau pembangunan gedung, safety untuk pejalan kaki sangat diutamakan. Kerikil, debu atau bahaya lain dari pembangunan gedung diminimalisasi dengan menutup seluruh area dengan pagar besi, terpal dan penutup jalan. Tujuannya supaya warga yang lewat tidak terganggu.
Editor: Muhammad Sukardi