Mitigasi Bencana Kurangi Risiko pada Dunia Pariwisata, Ini Kata Menpar
“Bencana alam membawa impact sangat besar pada pariwisata. Sebagai ilustrasi peristiwa erupsi Gunung Agung Bali pada 2017, memberi dampak hilangnya potensi kunjungan satu juta wisman dengan pengeluaran sebesar 1 miliar dolar AS karena pengeluaran rata-rata wisman 1.000 doalr AS per orang per kunjungan,” kata Arief Yahya.
Lalu, bagaimana seharusnya mitigasi bencana dalam pariwisata? Dalam menangani bencana, baik itu terorisme atau bencana alam yang dapat terjadi kapan saja, Kemenpar telah mempunyai SOP untuk penanganannya yang terbagai dalam tiga tahapan, yaitu Tanggap Darurat, Tahap Rehabilitasi (Pemulihan), dan berlanjut pada Tahap Normalisasi (Recovery).
Pada masa tanggap darurat, menurut Arief Yahya lebih lanjut, merupakan masa yang sangat rawan terhadap pemberitaan maupun informasi yang salah (hoax) karena kesalahan tersebut membuat truma bagi wisatawan atau terjadi cancellation.
“Begitu muncul bencana, media gencar memberitakan, kemudian diikuti travel advisory dari negara-negara sumber wisman. Bila pemberitaan bencana tersebut cepat dan akurat akan mengurangi dampak negatif pada pariwisata,” kata Arief Yahya.
Menpar Arief Yahya menjelaskan, hal yang paling berpengaruh terhadap kunjungan wisman ke wilayah rawan bencana adalah status bencana di daerah tersebut. Mulai dari status waspada, siaga, awas, hingga status darurat.