Safari Gurun Dubai Mewah: Naik Land Rover Vintage, Unta, hingga Makan Malam di Tenda Bedouin
Di perjalanan, kami melihat sejumlah satwa. Salah satunya oryx, yang berdiri anggun di antara semak-semak gurun. Satwa mirip dengan rusa ini memiliki ciri khas bulu warna putih mencolok dan tanduk yang lurus dan lancip.

Oryx nyaris punah pada 1972. Namun berkat konservasi, populasinya terus bertambah dan saat ini diperkirakan ada sekitar 1.000 ekor. Satwa ini menjadi simbol penting serta hewan nasional di Dubai dan UEA.
“Dulu oryx hampir punah, tapi dengan konservasi, jumlahnya sudah terus bertambah di alam liar. Satwa ini juga tidak boleh diburu karena berburu di sini ilegal,” kata Ali.
Jelang matahari terbenam, Land Rover kami berhenti sejenak. Pemandu membawa kami ke spot terbaik untuk menikmati sunset gurun Dubai. Menurutnya, sayang sekali jika keindahan matahari tenggelam di padang pasir dilewatkan.
Sunset di gurun memang terlihat berbeda, dibandingkan dengan di pantai atau gunung meskipun sama-sama indah. Kami pun langsung mengabadikan momen saat langit memancarkan gradasi oranye, merah, dan kuning itu.

Safari gurun Dubai berlanjut. Di tengah perjalanan, kami berhenti untuk menyaksikan atraksi falconry. Seorang falconer profesional mempertunjukkan keahlian burung falcon dalam berburu.
Dengan latar cahaya temaram senja dan udara yang mulai dingin, kami bersama wisatawan lainnya, duduk di permadani beralaskan bantal. Sambil menikmati teh karak, qahwa atau kopi Arab dan kurma, kami menyimak falconer menjelaskan bagaimana falcon menjadi burung yang berperan penting bagi suku nomaden Bedouin di masa lalu.

“Di masa lalu, burung-burung ini menjadi mitra berburu yang sangat penting bagi suku-suku Bedouin yang menggantungkan hidup pada apa yang bisa ditangkap di padang pasir, untuk bertahan hidup. Saat ini, Falcon tidak lagi digunakan berburu karena dianggap ilegal,” kata pawang itu.