Industri Kuliner Produktif di Tengah Pandemi lewat FoodStartup Indonesia MMXX
JAKARTA, iNews.id - Industri kuliner memiliki peluang besar untuk berkembang di tengah masa Pandemi Covid-19. Bahkan, Kemenparekraf menginisiasi program Foodstartup Indonesia agar pelaku kuliner lebih produktif.
Ajang FoodStartup Indonesia (FSI) MMXX yang diinisiasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) menjaring 1.000 peserta FSI yang lolos menuju tahap berikutnya menuju tahapan inkubasi.
Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemenparekraf/Baparekraf, Fadjar Hutomo mengumumkan, 1.000 peserta yang sebagian besar merupakan pelaku ekonomi kreatif bidang kuliner berhasil lolos seleksi untuk masuk ke tahap berikutnya.
Fadjar Hutomo menjelaskan, FoodStartup Indonesia merupakan salah satu program yang diinisiasi Kemenparekraf sebagai upaya membantu wirausaha atau pelaku usaha ekonomi kreatif (ekraf) di bidang kuliner, dengan harapan peserta yang nantinya terpilih agar tetap produktif selama pandemi Covid-19.
“Kami harap dapat membantu pelaku ekraf kuliner untuk bangkit dan produktif kembali. Sehingga usaha kuliner mereka bisa berkembang dan memaksimalkan potensi yang ada,” ujar Fadjar, didampingi oleh Direktur Akses Pembiayaan, Hanifah Makarim, pada Jumat (21/8/2020).
Sebanyak 1.000 peserta tersebut telah dikurasi dari 6.499 peserta FoodStartup Indonesia MMXX yang pendaftarannya telah dibuka pada 20 April-31 Mei 2020. Adapun profil dari 1.000 peserta tersebut terdiri dari 625 peserta pria dan 375 perempuan yang berasal dari 26 provinsi di Indonesia.
Rata-rata para peserta yang lolos ini memiliki jenis badan usaha food service yang jauh lebih banyak dibanding food manufacture dengan perbandingan 640:340.
Lebih lanjut, Fajar menjelaskan, 1.000 peserta yang lolos telah dikurasi berdasarkan besaran omzet yang dimiliki. Peserta dengan pendapatan kurang dari 50 juta mendominasi, baik dari jenis badan usaha food service (75%) maupun food manufacture (79%).
Sedangkan omzet terbesar dari kedua jenis badan usaha yaitu lebih dari Rp200 juta yang dimiliki 5-6% pendaftar. Besaran omzet ini dibuktikan dengan pembukuan keuangan usaha yang turut dilaporkan kepada panitia FoodStartup Indonesia.
“Selanjutnya 1.000 pelaku ekraf yang terpilih wajib mengirimkan pitch deck untuk dikurasi menjadi 100 finalis. Pengumuman finalis akan dilakukan secara daring dalam waktu dekat," kata Fadjar Hutomo.
Para peserta ekraf yang masuk sebagai finalis nantinya berhak mengikuti kegiatan Demoday yang rencananya dilaksanakan pada Oktober 2020 di Bali. Demoday FSI merupakan kegiatan mentoring dan pitching forum pelaku usaha kuliner. Peserta Demoday berkesempatan mengikuti direct mentoring, business coaching, mendapat akses permodalan, sekaligus akses pemasaran.
Direktur Akses Pembiayaan Kemenparekraf/Baparekraf, Hanifah Makarim menjelaskan, FoodStartup Indonesia bekerja sama dengan berbagai sumber pendanaan dan investor yang tepat guna memfasilitasi kebutuhan pembiayaan yang dipresentasikan 100 finalis saat pitching forum nanti.
"Pada aspek jenis pendanaan yang dibutuhkan, panitia FoodStartup Indonesia MMXX mengidentifikasi ke dalam 5 sumber yaitu bank, equity, fintech, profit sharing, dan lembaga pinjaman lainnya. Adapun besar pendanaan yang dibutuhkan per kategori usaha berbeda tergantung tingkat kebutuhan usaha yang dijalankan," kata Hanifah Makarim.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif , Wishnutama Kusubandio mengungkapkan, pelaksanaan FoodStartup Indonesia membuktikan, pelaku ekonomi kreatif bidang kuliner merupakan aset bangsa yang sangat besar meski dalam situasi pandemi Covid-19.
“Masih dalam suasana hari kemerdekaan, pelaksanaan FoodStartup Indonesia sampai dengan tahapan ini membuktikan, pelaku ekonomi kreatif bidang kuliner merupakan aset bangsa yang sangat besar meski dalam situasi pandemi,” ujar Wishnutama.
Editor: Vien Dimyati