Mengenal Pinang, Permennya Orang Papua yang Manis Pahit dan Menyehatkan

Selain menjadi makanan penutup yang manis, 'permen' tersebut biasanya dikonsumsi masyarakat setempat, ketika tengah mengobrol bersama keluarga.
Dalam mengunyah Pinang, masyarakat Papua memiliki cara tersendiri, berbeda dengan daerah lainnya. Karena, menginang pun merupakan tradisi di sejumlah kawasan Indonesia.
Untuk di wilayah Jawa, Sumatera maupun daerah lainnya, masyarakat biasanya akan mengunyah pinang yang telah dikeringkan, atau biji pinangnya saja. Namun, di Papua justru makan pinang yang masih mentah.
Saat mengonsumsi Pinang, kulit yang dikupas bukan untuk dibuang. Karena, setelah mendapatkan daging buahnya, kulit harus tetap dikunyah. Menurut warga Papua, kulit pinang memiliki fungsi untuk membuat kesat daging ketika dikunyah. Mengunyah kulit pinang bisa membuat rasa pinang menjadi tidak pahit.
Masyarakat setempat biasanya akan membuang ludah hasil kunyahan pertama hingga ketiga. Namun, secara ilmiah itu tidak jelas fungsinya. Meski begitu, menurut kepercayaan masyarakat setempat, apabila air ludah dari kunyahan pertama itu ditelan akan mengakibatkan pengunyah mual, pusing atau muntah.
Untuk menambah sensasi pinang saat dikunyah, biasanya mereka akan menambahkan kapur sirih. Kemudian pinang kembali dikunyah untuk dinikmati.
Cara memakan pinang khas Papua tersebut dikenal unik. Anda akan merasakan sensasi segar dan manis. Untuk Anda yang ingin menginang, tidak dianjurkan melakukannya di tempat-tempat umum, seperti restoran, bandara maupun toilet umum. Karena, aroma dari pinang bisa menyebar ke mana-mana.
Editor: Vien Dimyati