Menurut dia, terlepas dari meningkatnya gejolak di pasar keuangan, kinerja Indonesia mengungguli negara-negara berkembang lainnya, terlihat dari nilai Rupiah yang relatif lebih kuat.
Hal ini dapat terjadi berkat upaya yang dilakukan BI untuk menjaga stabilitas domestik melalui berbagai langkah, termasuk kenaikan suku bunga selangkah lebih depan, transaksi spot dan DNDF di pasar valuta asing, serta operation twist pembelian/penjualan SBN di pasar sekunder.
"Mengingat masih berlanjutnya pengetatan moneter global yang agresif, inflasi domestik yang tetap tinggi, dan surplus perdagangan yang menyusut, capaian BI dua bulan terakhir dapat dijadikan acuan bagi BI untuk tetap berada selangkah lebih depan hingga akhir tahun ini," ujar Teuku Riefky.
Dia juga menyarankan agar pemerintah Indonesia dapat melakukan berbagai strategi pelengkap, seperti memperluas bantuan sosial, untuk menjaga pemulihan permintaan masyarakat dan optimisme sektor riil terhadap prospek pertumbuhan ekonomi nasional.