Ryan juga menyoroti langkah berani BI di tengah indikasi pertumbuhan ekonomi yang melambat, mengacu adanya deflasi bulanan berturut-turut, angka PMI yang berada di bawah ambang batas normal, indeks kepercayaan yang menurun, hingga angka pengangguran yang terus mendaki.
“Sebuah keputusan yang berani, taktis dan antisipatif (preemptive) untuk menopang penguatan ekonomi di tengah indikasi melemahnya sendi-sendi perekonomian,” ucapnya.
Lebih jauh, langkah BI dinilai mendahului keputusan bank sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve yang baru akan memotong Fed Funds Rate (FFR) pada esok hari, Kamis (19/9) dini hari.
“Akhirnya, semoga ‘jamu manis’ dari RDG BI ini betul-betul mampu tertransmisi secara efektif dalam penurunan suku bunga perbankan dan non-perbankan serta mendongkrak permintaan kredit atau pinjaman,” kata Ryan.