"Yang kemahalan yang tidak terbukti ada unsur uang balik, yaitu bodohnya kita negosiasinya. Karena itu apa? Sejak awal bisnis model Garuda dan Citilink harus kembali ke market lokal," ujarnya.
Garuda Indonesia diakui oleh Kementerian BUMN sedang berada di ambang kebangkrutan. Seperti diketahui maskapai pelat merah itu terlilit utang ratusan triliun rupiah di tengah pandemi Covid-19.
Jika skema restrukturisasi utang yang menjadi opsi Kementerian BUMN tidak disepakati oleh kreditur maka Garuda akan dinyatakan pailit.
Sementara itu, Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengakui sejak awal permasalahan bunga biaya sewa pesawat sudah diketahui. Hal itu pun langsung didiskusikan antara manajemen dan lessor. Meski begitu, lessor berhasil mematok bunga sewa pesawat Garuda Indonesia hingga mencapai 24,7 persen atau empat kali lipat paling tinggi di dunia.
"Dari awal kami bergabung dan melihat, di hari pertama juga kami melihat ini ada problem (sewa pesawat) ini harus dibicarakan. Karena ini very serious karena kita nomor satu paling tinggi," ucap Irfan.