Dia mencatat, KIT Batang berdiri di lahan seluas 4.300 hektare (ha) yang bisa mengakomodasi kebutuhan industri global yang mengadopsi teknologi tinggi, termasuk industri padat karya.
Dari aspek sosial, KIT Batang saat ini telah menyerap 19.000 tenaga kerja. Bahkan, Danareksa menargetkan bisa menyerap lebih dari 200.000 tenaga kerja di masa mendatang.
Nilai investasi yang masuk ke KIT Batang sudah mencapai Rp14,8 triliun dari utilisasi lahan seluas 271 hektare. Investasi itu berasal dari sejumlah negara di Asia, Amerika, dan Eropa.
“Kami optimistis bahwa KIT Batang dapat turut berkontribusi dalam menggerakkan ekonomi Indonesia dan turut mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar,” kata dia.
Senada, Direktur Utama KIT Batang, Ngurah Wirawan menyampaikan, Kawasan Industri Terpadu Batang menyediakan utilitas dasar yang lengkap dengan berorientasi pada keberlanjutan. Misalnya, industri berbasis teknologi (SEG Solar), penggunaan energi terbarukan.
Kemudian, pengelolaan Water Treatment Plant (WTP), Waste-Water Treatment Plan (WWTP), dan Sewage Treatment Plant (SWTP) dan infrastruktur terpadu yang ramah lingkungan, fasilitas hunian bersertifikasi Greenship Neighborhood, serta bisnis model yang berkelanjutan dan berdaya saing dengan pemberdayaan tenaga kerja lokal.