Sementara berakhirnya lockdown mengurangi ketegangan dalam perjalanan pada awal musim panas di belahan dunia bagian utara, namun varian delta Covid-19 baru-baru ini mulai merugikan banyak maskapai penerbangan, terutama di AS dan China.
Tan sebelumnya mengatakan, maskapai yang didirikan pada 1941 itu sedang mengerjakan rencana restrukturisasi yang komprehensif. Philippine Airlines adalah maskapai internasional terbaru yang melakukan reorganisasi di Amerika Serikat, di bawah kode kepailatan AS.
Dengan mengajukan kepailitan, perusahaan akan tunduk pada rencana reorganisasinya dengan keputusan akhir hakim AS. Pakar kepailitan mengatakan, AS sering menjadi tempat yang disukai, sebagian karena hukum di Amerika lebih menguntungkan perusahaan, dan sebagian karena kontrak kreditur sering didasarkan pada hukum negara bagian di New York atau Delaware.
Latam Airlines, yang berbasis di Chili, Aeromexico, dan Avianca Holdings Kolombia semuanya mencari perlindungan pengadilan di New York tahun lalu, menyalahkan penurunan perjalanan udara yang disebabkan oleh virus Corona.
Adapun tantangan bagi PAL Holdings Inc., perusahaan induk dari Philippine Airlines sudah ada sebelum pandemi. Perusahaan telah melaporkan kerugian sejak kuartal I 2017. Perusahaan mengalami rekor kerugian 71,8 miliar peso (1,4 miliar dolar AS) pada 2020, dibandingkan dengan kerugian 10,3 miliar peso tahun sebelumnya. Saham PAL Holdings telah turun 7,6 persen tahun ini, memperpanjang penurunan 17 persen pada tahun lalu.
"Setelah restrukturisasi, PAL Holdings masih akan menjadi pemegang saham utama PAL. PAL Holdings tidak mengajukan dan status serta pemegang sahamnya akan tetap sama," kata manajemen.
Maskapai ini akan terus mengoperasikan penerbangan penumpang dan kargo berdasarkan permintaan dan pembatasan perjalanan. Perusahaan berharap secara bertahap akan menambah penerbangan domestik dan internasional saat pasar pulih. Perusahaan juga menerima dukungan pemerintah untuk menjadi mitra negara dalam menghadapi pandemi.