"Jadi sekarang intinya jauh lebih penting dari sekedar penilaian prospek tidak seperti di masa lalu, seperti masa lalu para startup ini yang awalannya lebih indah, tetapi ini adalah kenyataan baru yang harus mereka hadapi," ungkap Mahendra.
Di sisi lain, lanjutnya, bank koin dan perusahaan finansial yang biasanya meminjamkan uang ke sektor ini menghadapi risiko mismatch suku bunga tenurial di dalam manajemen liabilitas aset.
"Jadi mereka harus meningkatkan aplikasi mereka dan cara pengurusan manajemen kewajiban asetnya, dan seperti yang telah kita saksikan, fenomena kebangkrutan Silicon Valley Bank misalnya," ujar Mahendra.
Dengan pembelajaran tersebut, dia menegaskan bahwa regulator, termasuk OJK, harus lebih waspada dalam menyeimbangkan dan menavigasikan prinsip-prinsip penting dari perbankan dan keuangan.
"Tetapi pada saat yang sama kita perlu terus memiliki perusahaan startup digital, perusahaan fintech untuk berkontribusi lebih jauh pada inklusi keuangan dan literasi keuangan yang telah kita nikmati beberapa pencapaiannya. Namun untuk itu kita perlu meningkatkan aspek kehati-hatian dan tentunya dengan aspek regulasi dan pengawasan sektor terkait digital ini," tutur Mahendra.
Termasuk juga untuk mendorong konsolidasi antara startup dan perusahaan sehingga mereka memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap turbulensi dari perspektif investor.
"Karena dengan melakukan itu, maka kita bisa berharap manfaat dari kontribusi inovatif dan kreatif yang telah dimainkan oleh industri ini hingga saat sekarang akan berlanjut," pungkas Mahendra.