Turunnya konsumsi listrik di wilayah besar Indonesia seperti DKI Jakarta, Banten, Jawa dan Bali juga berdampak turunnya penyerapan batu bara domestik. "Karena turunnya konsumsi listrik mau tidak mau tentunya mengurangi penjualan," tuturnya.
Sementara harga batu bara selama tahun 2020 juga menjadi tantangan tersendiri bagi perseroan. Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), harga batu bara acuan (HBA) sangat berfluktuasi sepanjang 2020. Berawal di angka 65,93 dolar AS per ton di awal Januari 2020 dan sempat menyentuh titik di bawah 50 dolar AS per ton pada September 2020.
HBA mulai merangkak naik dalam 3 bulan terakhir di 2020 dan menyentuh angka 59,65 dolar AS per ton pada Desember 2020. Kenaikan ini seiring dengan mulai pulihnya permintaan batu bara di pasar global. Meskipun begitu rerata HBA sepanjang 2020 merupakan yang terendah selama empat tahun terakhir dengan berada di level 58,17 dolar AS per ton.
"Langkah-langkah yang kita lakukan supaya perusahaan tetap kinerja positif adalah kita tetap melakukan program efisiensi, penurunan biaya usaha dan pengendalian biaya pokok produksi melalui penerapan optimalisasi di setiap lini operasi. Pada akhirnya terasa dan terlihat dari laba Rp2,4 triliun," tuturnya.