JAKARTA, iNews.id - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi mengatakan, masih mahalnya harga beras disebabkan belum memasuki musim panen raya. Dia menjelaskan, kebutuhan beras nasional dalam setahun mencapai 30 juta ton, sehingga dibutuhkan beras sebanyak 2,5 juta ton per bulannya.
“Kenapa Januari dan awal Februari masih tinggi harganya (beras)? Karena memang panennya belum melebihi dari produksinya,” ujar Arief dikutip dari Antara, Rabu (8/2/2023).
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) dari Januari-Desember 2021, terdapat surplus 1,3 juta ton. Untuk tahun 2022 terdapat surplus 1,46 juta ton. Jika ditotal selama dua tahun terakhir, sebenarnya Indonesia surplus beras 2,7 juta ton.
Jika konsumsi beras per bulan mencapai 2,5 juta ton dan surplus beras 2,7 juta ton, seharusnya Indonesia kelebihan stok beras untuk satu bulan.
Namun kenyataannya, kelangkaan beras masih terjadi karena stok beras tersebut berada di masyarakat, dan menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah untuk menstabilkan ketersediaan pangan.
“Setelah itu, kalau kita bandingkan antara data produksi dan konsumsi itu memang kurang. Kalau dilihat hari ini berasa ada, di masyarakat ada, tetapi kalau pada level penggilingan atau petani, gabah kering panen itu rebutan,” tuturnya.